Follow Me @rezadiasjetrani

Minggu, 13 Agustus 2017

Cara Menuju Basecamp Ranupani dan Menggapai Puncak Mahameru

Puncak Mahameru
Banyak yang sering nanya, bagaimana cara menuju basecamp Ranupani dan berapa lama sih waktu yang diperlukan buat mendaki gunung Semeru ? Jawabannya relatif. Kalau waktu yang kamu miliki terbatas dan fisikmu dalam kondisi prima, sebenarnya 3 hari 2 malam cukup dengan rincian : 1 malam di Ranu Kumbolo, 1 malam di Kalimati, turun dari puncak langsung kembali ke Ranupani.

Tapi idealnya kalau mau nyantai ya 4 hari 3 malam, jadi 1 malam di Ranu Kumbolo, 1 malam di Kalimati, turun dari puncak bermalam lagi di Ranu Kumbolo, baru besoknya  kembali ke Ranupani.

Berhubung kemarin waktu liburku terbatas, aku dan teman-teman mengambil opsi yang 3 hari 2 malam, Alhamdulillah lancar dan fisiknya kuat. Jadi begini rute pendakian kami yang dimulai dari Ranupani.

BERANGKAT DARI MALANG

Umumnya pendakian ke Gunung Semeru dimulai dari Kota Malang. Dari Malang kita bisa langsung naik jeep atau nyari angkotan jurusan Tumpang. Saranku mending naik angkot dulu biar murah.

Dari Tumpang hingga Ranupani, kita bisa naik ojek (tarifnya sekitar 50ribu), truk besar (per orang 25-35 ribu dan harus nunggu penuh hingga sekitar 20 orang), terakhir naik jeep (35-60 ribu tapi nunggu penuh hingga maksimal 7 orang).

Dari Ranupani inilah pendaki biasa memulai pendakian. Pos pendakian ini buka dari jam 08.00 hingga jam 16.00 sore. Setiap calon pendaki wajib menyerahkan surat keterangan sehat dan Foto kopi KT. Kalau mau aman di fotokopi 2 atau 3 lembar buat jaga-jaga. Oh iya, untuk surat keterangan sehat, SEBAIKNYA ADA STEMPEL BASAH DARI DINAS KESEHATAN ya, alias DARI PUSKESMAS ATAU RUMAH SAKIT. Kemarin temenku ada yang pakai surat keterangan sehat dari dokter (hanya ada stempel klinik dan SIP dokter) terus dikasih tau sebaiknya bikin ulang dan minta dari Puskesmas aja. Untung waktu itu kami masih nungguin truk di Tumpang.

MEMULAI PENDAKIAN KE GUNUNG SEMERU 

1. RANUPANI – POS 1 –POS 2 – POS 3 – RANUKUMBOLO (3,5 Jam- 5 jam) 

Dari Ranupani menuju Ranukumbolo normal perjalanan adalah 3,5 jam, itu udah lumayan santai bagi para pendaki. Kalau kalian bareng temen yang jarang atau belom pernah naik gunung, bisa molor sampai 5 jam. Nggak papa, biar lambat asal sampe, yakan?

Arah jalan yang diambil dari Pos Pendakian awalnya menurun, nanti kalau sudah habis aspal, kita akan berjumpa dengan gerbang selamat datang bertuliskan “Selamat Mendaki Gunung Semeru”.
Gerbang pendakian Semeru
Dari situ jalanan masih menyisakan sejumlah batu yang disusun rapi dan sudah mulai menanjak. Baru berjalan sekitar 30 menit, kalian akan menemukan warung pertama yang jualan minuman, semangka dan juga gorengan

Berjalan setiap 1-2 jam, kalian akan menjumpai sejumlah pos atau shelter hingga 3 kali yakni pos 1, pos 2 dan pos 3 dimana semuanya ada warungnya. Di pos 1 malah bisa bakae api unggun, lumayan buat ngangetin dbadan kalau jalan malem. Jalanan seluruhnya relatif landai meski sesekali menanjak, pepohonan rindang dan kita menyisiri tebing serta jurang.

Jika sudah sampai di pos 3, kalian akan menjumpai jalur paling menanjak selama menuju Ranukumbolo. Nggak jauh sih, hanya sekitar 15-30 menit jadi nikmati aja. Setelah tanjakan itu, jalanan makin landai dan cenderung menurun hingga menuju pos 5, dan makin menurun ketika menuju Ranukumbolo.

Meski demikian kita tetap perlu berhati – hati, terutama kalau jalan malam hari. Pastikan setiap pendaki membawa penerangan masing-masing. 
2. RANUKUMBOLO – ORO ORO OMBO – CEMORO KANDANG (sekitar 45 Menit)

Dari Ranukumbolo, untuk menuju Oro – oro Ombo kita harus naik tanjakan cinta. Udah tau kan mitos ketika mendaki tanjakan ini dimana kita tidak boleh menengok ke belakang selama mendaki tanjakan cinta, sambil memikirkan orang yang disukai. Mitosnya, apabila berhasil mendaki tanpa menoleh sedikitpun, maka keinginan kita untuk jadi kekasih orang tersebut bisa kesampaian.

Berdasarkan pengalamanku sih ya, ini BENERAN MITOS, hahaha.

Sampai di atas, kita akan disuguhi 2 pemandangan cantik, yakni Ranukumbolo dari ketinggian dan juga padang verbena atau dikenal dengan Oro-oro Ombo disebaliknya. Itu ibarat menatap ke masa lalu yang ternyata "masih indah" atau menuju masa depan yang "udah nampak indah meski kita nggak tau apa yang ada dibaliknya".

Jet, please .

Oke kembali ke topik. Dari sini kita bisa ambil 2 jalur menuju Oro-oro Ombo, ambil kiri dengan jalur datar agak melingkar atau lurus dengan jalur turun, semuanya sama aja. Kalau aku sih milih turun ke bawah jadi melewati Oro-oro Ombo. Sayang verbenanya udah mulai kering jadi warnanya udah kuning layu, bukan padang berwarna ungu lagi. Terus tingginya udah sekitar 2 meter-an jadi kayak masuk di labirin.
Foto tahun 2014
Kalau lewat atas, kita nggak akan lewat padang verbena ini dan nanti kedua jalur ini akan bertemu di Pos Cemoro Kandang. Sampai di Cemoro Kandang, jangan lupa jajan semangka dan gorengan cocol sambel petis yang super enak dengan harga Rp 5 ribu dapet 2 ya.


3. CEMORO KANDANG – JAMBANGAN - KALIMATI (1,5 - 2 Jam)

Dari Cemoro Kandang, jalur mulai naik dan berdebu meski banyak pohon. jadi pastikan kamu pakai kacamata dan masker. Pepohonan tinggi dan rimbun serta jalan berdebu akan menemani perjalanan kita selama sekitar 1,5 jam hingga akhirnya sampai di Pos Jambangan. Dari Jambangan ke Pos Kalimati, kita akan melewati lorong yang lumayan bikin merinding sih. Setelah itu akan banyak padang rumput dan edelweiss sepanjang jalan hingga tiba di Kalimati. Dari Kalimati kita bisa melihat gagahnya Gunung Semeru dengan jalur pasirnya. Jalur itulah yang akan kita lewati demi menuju puncak Mahameru, atap tertinggi Jawa. Waktu itu kami berjalan dari pukul 12.00 dan sampai di Kalimati sekitar pukul 14.00 siang.

4. KALIMATI – PUNCAK MAHAMERU (5- 6 Jam)

Tidur jam 20.00 kami bangun jam 23.00, kemudian melakukan summit attack jam 23.30 ke Mahameru tanpa melewati Arcopodo. Kata leader kami, pendakian saat ini langsung melewati padang edelweiss - hutan pinus - batas vegetasi - trek pasir - puncak.

Untuk menuju puncak, cukup membawa daypack berisi makanan dan minuman hangat. Tenda dan peralatan gunung lainnya sebaiknya di tinggal saja di Pos Kalimati, insyaa Allah aman. Sebaiknya pakai baju atau jaket dobel karena setelah batas vegetasi udara akan cukup dingin. Berhubung treknya pasir, sebaiknya bawa trekking pole dan memakai gaiter. Penting banget nih ! Jangan lupa bawa senter atau headlamp dan baterai cadangan. jangan sampai merepotkan teman satu tim gara-gara kita lupa bawa alat penerangan.

Sampai perbatasan vegetasi, trek berupa pasir, kerikil dan bebatuan. Tidak ada lagi tumbuhan hidup. Nah ketika sampai disini, sepatu gunung sebaiknya mulai dipasangi gaiter dari lutut hingga telapak sepatu, karena pasir dan kerikil sangat tidak nyaman apabila masuk ke sepatu. Sarung tangan, masker, dan trekking pole pun juga mulai dipakai.
Berhubung trek ini memiliki kemiringan lebih dari 45 derajat, pendakian akan sangat melelahkan. Sebaiknya gunakan metode zigzag ketika mendaki, bukan dengan berjalan lurus ke atas karena energi kita akan mudah terkuras. Perhatikan apakah di belakang banyak pendaki atau tidak, kalau tidak, kalian bisa zigzag selebar mungkin. Semakin lebar jarak zigzagnya, maka semakin terasa ringan. Memang kesannya jauh lebih panjang, tapi dengan cara ini energiku bahkan masih prima ketika sampai puncak.  

Soalnya dari Kalimati menuju puncak itulah yang paling berat, nggak heran banyak pendaki yang putus asa. Pokoknya dalam hati harus bilang Jangan Menyerah, Jangan Menyerah, dan Jangan Menyerah. Kalau enggak Aku Bisa, Aku Bisa, Aku Bisa sambil terucap di mulut. Atur nafas dan detak jantung biar stabil, pokoknya jangan terburu – buru. Kalau capek, berhenti sebentar tanpa duduk karena nanti jadi males jalan lagi. Pelan-pelan nanti pasti sampai puncak.

PUNCAK MAHAMERU

6 jam berjalan dari Kalimati (23.30 – 05.30) aku sampai di Puncak Mahameru. Sedikit lebih lama dari perkiraanku karena rombonganku cukup banyak dan sering banget berhenti. Tentu saja aku harus ikut berhenti. Udah nggak tau lagi berapa suhunya, yang jelas ketika sarung tangan dicopot, jari langsung mati rasa semua.

Di puncak, kita bisa melihat letusan Jonggring Saloka setiap 20 atau 30 menit sekali disertai kepulan asap putih (Wedhus Gembel). Kita harus hati – hati dan jangan coba mendekat karena material yang dikeluarkan bisa melubangi kulit dan mengakibatkan kematian.

Perlu diingat juga tentang ketentuan dari BBTNBTS (Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) yang melarang pendaki berada di puncak di atas jam 10 pagi karena asap Wedhus Gembel menuju arah puncak dan gasnya bisa mematikan. Ada yang menyebutnya Entut Semar dan gas itulah yang mengakibatkan Soe Hok Gie meninggal dunia.

Gimana ? Siap mendaki Semeru dan berdiri di puncak Mahameru? Kalau aku bisa, kamu pasti bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar