Follow Me @rezadiasjetrani

Sabtu, 31 Desember 2016

Tiktok Gunung Andong

11.06 6 Comments
Good morning.
Pagi itu, Sabtu 17 Desember kemarin, Husna temanku disebuah komunitas menghubungiku via WA dan mengajak untuk mendaki gunung Andong. Sebelumnya aku sudah dua kali mendaki gunung ini sedang Husna empat kali. Jadi ya kami kesini karena memang selo dan nggak tau mau wiken kemana. Berhubung di hari Sabtu aku masih harus kerja sampai jam 13.00 siang, akupun mengiyakan dengan syarat lihat sikon dan cuaca nanti malam. 
Ternyata ketika Magrib Jogja diguyur hujan yang lumayan deras, terlebih jam 7 malam ada final piala AFF 2016 leg kedua Thailand vs Indonesia yang berujung dengan kekalahan timnas kita (sad). Huft. 

Selasa, 20 Desember 2016

Pulau Bawean, Pulau Manis yang Kesepian

14.36 7 Comments
Pantainya sepiiiii banget
Sebenarnya ini adalah "piknik" yang cukup basi untuk dikisahkan. Disebut basi karena aku berkunjung ke pulau ini pada tahun 2014 silam. Lama banget ya udah 2 tahun lalu. Aku kesini atas ajakan salah seorang teman yang kukenal di grup BPI atau Backpackers Indonesia bernama Adjung anak Surabaya. Meski memiliki potensi wisata yang sangat melimpah, Pulau Bawean masih jarang dikenal oleh para traveler.
Setelah berkomunikasi selama sekitar satu minggu. Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat ke pulau ini. Jumlah peserta trip share cost ini ada 11 orang yaitu aku, mas Didin, Agis (kami bertiga dari Jogja) dan sisanya anak Surabaya yakni Adjung, Donna, Senja, Fitri, Edi, Sari, Fiftin, dan Mbak Era. Berangkat menggunakan kereta dari Jogja, kami turun di stasiun Wonokromo lalu menuju Gresik menggunakan colt sewaan hingga ke pelabuhan Gresik.
Foto dulu di perbatasan Surabaya - Gresik

Cara Menuju Pulau Bawean, Gresik

Dari Surabaya, membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk sampai ke pelabuhan ini. Sedangkan waktu penyebrangan ke Pulau Bawean adalah sekitar 3 hingga 8 jam. Tergantung jenis perahu yang digunakan. Sebenarnya, di Pulau Bawean telah ada sebuah bandara perintis namun ketika kami kesana bandara tersebut belum dioperasikan. Waktu itu kapal berangkat jam 9 malam dan  tiba di Bawean sekitar pukul 06.00 pagi. Kapal yang kami naiki bernama KMP Gili Iyang yang ukurannya cukup besar dan bersih. banyak tempat tidur yang bisa kita gunakan dengan catatan siapa cepat dia dapat.
Suasana kapal di malam hari
Sunrise diatas kapal. Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan ?
Penampakan KMP Gili Iyang dari samping. Langitnya cantik kan ?
Selain mengangkut kendaraan bermotor, kapal ini juga mengangkut barang-baramg belanjaan warga Bawean 
Pagi hari diatas kapal Gili Iyang menuju Bawean

Sekilas info mengenai Pulau Bawean :

Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, 120 kilometer sebelah utara Gresik. Bawean memiliki dua kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak dimana penduduknya adalah dari beberapa etnis yang berasal dari pulau Jawa, Madura, Kalimantan,Sulawesi dan Sumatera termasuk budaya dan bahasanya. Penduduk Bawean kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau petani selain juga menjadi pekerja di Malaysia dan Singapura, sebagian besar di antara mereka telah mempunyai status penduduk tetap di negara tersebut, selain di kedua negara itu penduduk bawean juga menetap di Australia dan Vietnam. Mayoritas penduduk Bawean adalah Suku Bawean, dan suku-suku lainnya.
Bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Bawean, bukannya bahasa Madura seperti yang disangka orang selama ini. Di Malaysia dan Singapura, penyebutan suku ini berubah menjadi Boyan. Mereka menyebut diri mereka orang Boyan, maksudnya orang Bawean.

Kata Bawean berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti ada sinar matahari. Menurut legenda, sekitar tahun 1350, sekelompok pelaut dari Kerajaan Majapahit terjebak badai di Laut Jawa dan akhirnya terdampar di Pulau Bawean pada saat matahari terbit. Di pulau ini ada spesies endemik Rusa Bawean yang notabene merupakan jenis rusa langka. Untuk melindungi binatang ini dari kepunahan, dibuatlah sebuah penangkaran Rusa Bawean yang juga bisa kita kunjungi

Pulau Putri
Bawean sering disebut juga Pulau Putri karena banyak laki-laki muda yang merantau ke pulau Jawa atau ke luar negeri. Itulah kenapa saya sebut pulau ini adalah pulau manis yang kesepian. Sepi soalnya kaum laki-laki mudanya pada merantau keluar pulau. Bahkan ketika saya kesana, guide kami mengatakan bahwa banyak perantau yang ketika sudah sukses, memboyong anak dan istrinya ke negara jiran lalu menetap disana. Tak jarang penduduk Bawean  memiliki 2 KTP yakni KTP Indonesia dan KTP luar seperti Malaysia atau Singapura. Nggak tahu deh kalau sekarang masih bisa atau tidak. Oh iya sebagian besar masyarakat Bawean merupakan pemeluk Islam. 

Buat kalian yang mau ke pulau ini, berikut ini adalah sejumlah tempat menarik yang bisa kalian kunjungi di Pulau Bawean:

1. Pulau Gili
Selain pulau utama (Pulau Bawean), ada beberapa pulau lain yang memiliki ukuran lebih kecil yang di sekitar Pulau Bawean. Salah satunya adalah Pulau Gili. Pulau ini merupakan pulau berpenghuni dan merupakan pulau terbesar di sekitar Pulau Bawean. Konon ada sekitar 700 kepala keluarga yang tinggal di pulau ini

Oh iya, sebelum memulai perjalanan, kami sempat sarapan terlebih dahulu di warung terdekat. Percayalah, harga makanan disini murah-murah. Seporsi nasi ayam, sambel, kering tempe, mie goreng dengan nasi yang super banyak hanya Rp 10.000 . Idola !
Sarapan dulu biar semangat
Alat transportasi andalan kami buat keliling Bawean
Di tengah perjalanan, guide kami sempat mengajak kami berhenti di salah satu titik tertinggi pulau Bawean. Dari situ kami bisa melihat dermaga dan juga teluk serta tanjung yang sangat cantik jika dilihat dari atas. Nampak kapal nelayan pun berjajajar di bibir pantai.

2. Danau Kastoba                                            
Sampai juga setelah menempuh perjalanan jauh
Danau Kastoba merupakan sebuah danau yang berada di tengah Pulau Bawean tepatnya di di Desa Peromaan, Kecamatan Tambak. Danau ini memiliki suasana alami dengan view yang kalau saya bilang cantik tapi misetrius. Rasanya penuh suasana mistis sih. Setelah melewati sawah, perkampungan penduduk, akhirnya kami sampai di pintu gerbang Wisata Danau Kastoba. Jarak tempuh langsung, tanpa berhenti, kurang lebih 1,5 jam dari pusat kota, belum termasuk trekking sejauh 400 meter dengan jalur menanjak menyusuri hutan. Danau Kastoba memang terletak di tengah-tengah perbukitan, seperti mangkok yang dibentuk oleh bukit yang mengelilinginya. Posisi danau ini menyebabkan airnya dingin dan segar.
Air Danau Kastoba tenang dan gelap kehijauan. Pepohonan di hutan yang mengelilinginya, tumbuh rapat dengan cabang dan daun sampai ke permukaan danau. Tanpa mendengar legenda terjadinya danau ini, kesan mistis memang sudah terasa. Menurut kisah orang-orang tua sebatang Pohon Kastoba milik Ratu Jin tumbuh subur di tengah pulau. Pohon ini sangat berkhasiat sehingga Ratu memerintahkan dua ekor burung gagak putih untuk menjaganya. Tetapi burung tersebut memberikan daunnya ke seorang pemuda buta yang kemudian sembuh. Ratu Jin murka dan mencabut  Pohon Kastoba. Dari lubang bekas pohon keluar lah air yang kemudian membentuk Danau Kastoba. Ada sebuah mitos yang berkembang di danau ini. Konon, wanita yang sedang haid tidak diperbolehkan untuk mengunjungi danau ini jika tidak ingin terkena sial. Percaya tidak percaya sih ya. 

Suasana Danau Kastoba. Hanya kami yang berkunjung kesana saat itu
Foto dulu sebelum nyebur
3. Pulau Noko
Pulau Noko adalah pulau yang letaknya bersebrangan dengan Pulau Gili. Pulau ini memiliki luas sekitar 1 km² dengan seluruh daratan merupakan pasir putih. Jadi, di pulau ini kita bisa bermain-main dengan pasir dan ombak pantai yang tidak terlalu besar
Di pulau ini kita bisa menikmati keindahan bawah lautnya. Di sekitar perairan Pulau Noko kita akan menjumpai berbagai ikan hias serta bunga karang. Jangan khawatir karena para pemilik kapal rata-rata sudah menyewakan peralatan snorkeling dengan harga Rp 35.000 per harinya.

Airnya jernih banget
Foto dulu biar sah
4. Pulau Noko Selayar
Suasana di Pulau Noko Selayar tidak jauh berbeda dengan Pulau Noko. Seluruh daratan di pulau berupa pasir putih. Di pulau ini kita akan menemukan sebuah laguna yang cantik menawan terutama dikala sunset. Pemandangan bukit-bukit hijau di kejauhan membuat pemandangannya mirip dengan beberapa pantai di Pulau Lombok (katanya). Maklum belum pernah ke Lombok.
Noko Selayar juga memiliki pemandangan underwater yang sangat indah. Untuk bisa sampai ke pulau ini kita bisa menyebrang menggunakan perahu dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dari Pulau Bawean.

Tim horenya Bawean
Waktu itu hanya ada tiga kapal yang berlabuh.

Kami beserta nelayan lokal dan para pengunjung tak lupa melakukan aksi bersih-bersih pantai.
Pantainya sudah bersih. Saatnya menikmati sunset dengan tenang.
Pulau ini katanya paling cocok untuk menikmati matahari terbenam alias sunset. Terlebih ada laguna di tengahnya sehingga kita bisa berenang manja tanpa takut terseret ombak. Beneran nggak mau pulang dan pengen camping aja disini, namun sayang kami tidak membawa perlengkapan untuk camping. 
Sunset di Noko Selayar. Cakeeeeep.
5. Tanjung Gaang
Salah satu keindahan lain yang bisa kita nikmati di Pulau Bawean adalah Tanjung Gaang. Tempat ini merupakan rangkaian batu-batu karang yang berada di tengah-tengah air laut yang sangat biru dan jernih
Salah satu cara untuk menikmati keindahan di Tanjung Gaang adalah dengan berkeliling menyusuri batu-batu karang menggunakan perahu nelayan.
Deretan batu karang di Tanjung Gaang

Batu karang yang berbentuk seperti terowongan
Airnya super jernih dan bisa ngambang-ngambang cantik. Sengaja tidak pakai kaki katak karena terumbu karangnya cukup dangkal sehingga rentan terkena kaki katak. 
Bersama Pipik
Lubang diatas gua
6. Pantai Ria (kami tidak kesini)
Pantai Ria sedikit berbeda dengan pantai-pantai lain di Bawean. Di bibir pantai ini kita akan menjumpai batu-batu karang hitam. Pantai ini dulu merupakan tempat berlabuh para nelayan setelah melaut. Pantai ini juga sempat digunakan sebagai pengolahan ikan dan rumput laut

7. Pantai Mayangkara
Suasana di pantai ini sangat menyenangkan. Ada sebuah tanah lapang yang bisa digunakan untuk bermain bola. Pantai Mayangkara merupakan sebuah pantai yang cukup bersejarah. Konon, pantai ini pertama kali ditemukan oleh Siti Zaenab yakni istri dari Sunan Giri. Di pantai ini pula lah Siti Zaenab pertama kali berlabuh saat menemukan Pulau Bawean.

Kapal hari kedua bikin gosong karena tanpa atap. 
8. Pantai Kuburan Panjang
Pantai Kuburan Panjang merupakan pantai lain yang memiliki cerita sejarah di Bawean. Di pantai kita akan menemukan sebuah kuburan yang bentuknya memanjang. Kuburan ini dipercaya sebagai makam dari para pengawal Aji Saka di Bawean. Berdasarkan kisah sejarah tersebut kuburan di pantai ini kemudian dikeramatkan oleh penduduk di Bawean. Kami tidak mampir di pantai ini hanya melewatinya saja.

9. Pulau Cina
Salah satu tempat yang wajib di datangi jika ke Pulau Bawean adalah Pulau Cina yang terletak di Kecamatan Tambak. Tidak ada yang menjelaskan kenapa dinamai Pulau Cina. Yang menarik di pulau ini adalah gugusan batu karangnya yang sangat indah. Menjulang tinggi terutama dua batu karang kembar. Untuk mencapai Pulau Cina,kita membutuhkan jarak tempuh sekitar 30 menit menggunakan perahu.
Gugusan bebatuan yang memanjang serta dua batu karang kembar yang membentuk menara benar-benar menyajikan pemandangan yang luar biasa. Panorama semakin lengkap dengan air laut yang bening dan terumbu karang yang terlihat jelas dari atas perahu. Satu meter saja sudah bisa melihat dunia bawah laut yang luar biasa cantik dan masih terjaga kealamiannya.
YEAY. 
Ada kisah yang cukup menarik di tempat ini. Katanya jika sepasang laki-laki dan perempuan berfoto bersama atau mengunjungi tempat ini bersama-sama, mereka akan menjadi pasangan. Nah kebetulan waktu itu aku sempat berfoto bersama salah seorang teman di tempat ini yang kami bahkan baru kenal 1 bulan. Setelah beberapa lama, kamipun akhirnya berpacaran selama hampir 2 tahun meski sekarang sudah putus (malah curhat).
Nih fotonya. Ada yang lebih romantis sih tapi yang ini aja ya yang diposting.
10. Penangkaran Rusa Bawean
Jalan-jalan ke Pulau Bawean akan kurang lengkap jika tidak melihat dari dekat Rusa Bawean. Rusa Bawean merupakan jenis rusa endemik di Pulau Bawean. Binatang ini merupakan jenis rusa langka yang hampir punah. Untuk bisa melihat dari dekat Rusa Bawean kita bisa mendatangi penangkaran Rusa Bawean di Pulau Bawean. Luas area penangkaran Rusa Bawean sekitar 4 hektar. Meski berada dalam penangkaran, rusa-rusa yang ada di sana merupakan rusa liar. Kita juga dilarang memberi makan rusa tanpa izin dari petugas.

11. Pemandian Air Panas
Salah satu bonus dari guide kami ketika ke pulau ini adalah diantar menuju pemandian air panas yang berjarak sekitar 15 menit dari homestay. Jangan bayangkan tempatnya luas dan tertutup. Sumber air panas ini berada di bawah pohon tua di tengah sawah dan hanya berbentuk bak besar. Besarnya kurang lebih hanya 2m x 2 m namun airnya PANAS BANGET. Setelah berkeliling pantai dan main air seharian, mengakhiri hari dengan berendam air panas adalah kenikmatan yang luar biasa. Sayang aku tidak bisa menampilkan foto ketika kami mandi karena takut tidak lolos sensor alias fotonya ga jelas semua. Super seru dan kami berendam sekitar 45 menit karena kalau terlalu lama malah tidak baik untuk kesehatan. Itupun katanya udah kelamaan.

12. Gunung Sabu (ada yang menyebutnya Gunung Sawo)
Wikipedia menyebutkan kalau definisi gunung harus mempunyai ketinggian minimal 2000 kaki atau sekitar 600 meter. Kesimpulannya, bahwa di Pulau Bawean tidak ada gunung. Tapi biarkan kita menyebut deretan bukit itu gunung, karena begitulah warga lokal Bawean menyebutnya. Pulau Bawean, Gresik dikenal mempunyai 99 gunung, diantara gunung yang menarik untuk dikunjungi adalah gunung Sabu yang letaknya di dusun Gandariyah, desa Balikterus, Sangkapura, Gresik.
Gunung Sabu bukanlah gunung tertinggi di Pulau Bawean, mungkin tingginya hanya sekitar 250 meter dan butuh waktu kurang lebih satu jam untuk sampai di puncaknya. Trek ke Gunung Sabu cukup membakar kalori dengan tingkat kemiringan yang lumayan. Dari atas puncak Gunung Sabu ini kita bisa melihat view Danau Kastoba dari atas dan pemandangan Pulau Bawean yang indah. Guide kami mengatakan bahwa disini merupakan titik untuk melihat sunrise yang eksotis. Namun karena kami tidak mungkin bangun dan trekking dini hari, kami tiba di puncak siang sekitar jam 10.
Danau Kastoba dari puncak Gunung Sabu

Hari terakhir di Pulau Bawean rasanya enggan pulang. Kami sebelumnya sudah membeli oleh-oleh khas Bawean berupa petis udang yang super enak dan juga kerupuk. Ada juga aneka olahan daun pandan yang dibuat dompet, tikar, hingga sajadah yang bisa dijadikan buah tangan. Pukul 8 pagi kami sudah siap di Pelabuhan Sangkapura untuk naik kapal cepat guna kembali ke Gresik.

Kapal cepat yang siap mengantar kami pulang ke Pulau Jawa (Gresik)

Buat kalian yang ingin kesini, berikut ada  sedikit info tentang jadwal kapal dan harga tiket  ke Pulau Bawean yang aku dapat dari situs pemerintah kabupaten Gresik. Kalau mau detilnya bisa klik di http://gresikkab.go.id/media/61c7dd245688e134f507297e9cede8da.pdf

1. Bahari Ekspress 8E
Gresik – Bawean: Selasa, Kamis, Minggu
Bawean – Gresik: Sabtu, Senin, Rabu
Kapal berangkat pukul 09:00 pagi
Lama perjalanan 3-4 jam
Harga Tiket : Eksekutif: Rp. 146.500,00 dan VIP: Rp. 162.500,00


2. Gili Iyang
Gresik – Bawean: Jumat pukul 21:00
Paciran – Bawean: Rabu dan Minggu pukul 21:00
Bawean – Gresik: Jumat pukul 09:00
Bawean – Paciran: Sabtu dan Senin pukul 21:00
Lama perjalanan antara 8-10 jam.
Harga Tiket:
– Dewasa: Rp. 76.000,00
– Anak-anak: Rp. 59.000,00
– 1 penumpang + Motor: Rp. 95.000,00

Lokasi Pembelian Tiket:
Tiket bisa dibeli langsung di dermaga pelabuhan dengan membawa foto copy KTP 2 lembar

Oh iya berhubung perjalanan ini sudah kulakukan sekitar 2 tahun lalu, mohon maaf aku kehilangan catatan pengeluaran yang detil selama disana. Yang jelas sebagai gambaran, untuk total pengeluaran  termasuk tiket kereta api Jogja-Surabaya PP dan juga kapal penyeberangan Gresik-Bawean PP tahun 2014 tak terlalu banyak.

Pengeluaran untuk 3 hari 2 malam : 
1. Kereta Jogja-Surabaya : sekitar Rp 74.000
2. Sewa Colt Surabaya - Pelabuhan Gresik Rp 200.000 dibagi 11 : Rp 18.000
3. Tiket kapal Gili Iyang : Rp 76.000
4. Makan siang 2 kali : Rp 20.000 (sarapan dan makan malam disediakan oleh homestay)
5. Sewa kapal 2 hari : Rp 500.000 x 2 hari dibagi 11 orang : @ Rp 91.000
6. Sewa homestay : Rp 500.000 untuk 2 hari dibagi 11 orang : Rp 45.000 (termasuk wifi)
7. Kapal pulang Bahari Ekspress : Rp 146.500
8. Bis pulang ke Jogja (eksekutif Eka) : Rp 80.000
9.  Beli oleh-oleh : Rp 70.000
TOTAL pengeluaran : Rp 620.500

Gimana ? Berminat datang ke Bawean juga ? Yuk lah !


Jumat, 16 Desember 2016

Kota Batu di Malam Hari

13.15 0 Comments
Malam itu, Minggu 11 Desember 2016. Aku dan temanku mas Jarwo yang baru turun dari Gunung Bromo via Probolinggo kemudian lanjut ke kota Malang, memutuskan untuk main sebentar ke Kota Batu.
Perjalanan dari Terminal Bayu Angga Probolinggo menuju Terminal Rejosari Malang membutuhkan waktu tempuh normal sekitar 2 jam. Namun berhubung long weekend, dari jam setengah 1 siang kami baru tiba di Malang pukul setengah 4 sore. Lumayanlah molor 1 jam.

Hoaahm.
 
Dari terminal kami menuju hotel untuk mandi dan ganti baju (bisa dibilang hampir 2 hari nggak mandi karena kami males mandi di homestay pas di Bromo).
Niatnya sih mau jalan ke Batu sore, tapi berhubung badan hayati pegel-pegel, akhirnya kami memutuskan pergi setelah shalat Maghrib. Lumayan bisa leyeh-leyeh dulu punggungnya.

Destinasi pertama adalah kosan temen semasa SMP yaitu Cristi yang kebetulan masih kerja di Malang sebagai wartawan di salah satu surat kabar nasional. Kalo di google map sih jaraknya 15 menit dari hotel kami di daerah Soekarno Hatta. Katanya kalo naik angkot sekali doang yang tulisannya AGL menuju Landungsari (kosan Christi di MT.Haryono daerah Dinoyo).

Berhubung Jarwo ini punya julukan "Jarwo Anlene" karena pas kuliah kemana-mana jalan kaki, dia mengajakku untuk jalan aja sembari nunggu angkot. Udah dandan cakep-cakep pake dress selutut suruh jalan kaki. Wooo. Tapi oke baiklaaaaah siapa takut.

Pas jalan, angkotnya sempet lewat tapi di map jarak kosan Christi tinggal 500 meter lagi nyampe. Nanggung juga sih kalo mau naik. Akhirnya kami tetap jalan kaki dengan bonus sandal sebelah kananku jebol. 😂😂😂

Duh dek !

Setelah motor berhasil dipinjam, kami segera menuju Kota Batu yang bisa ditempuh  dalam waktu kurang lebih 30 menit (kalo sampe alun-alun doang). Kondisi perutku udah laper banget karena daroi pagi belum makan nasi, cuman makan roti doang. Mas Jarwo yang udah kupesenin buat brenti makan dulu di warung penyetan malah bablas mulu, padahal banyak warung makan yang dilewatin. Akhirnya kami baru makan di warung makan ayam kremes deket pintu masuk arah Jatim Park. Ayam goreng disini enak! Kalian kudu nyobain deh pokoknya.

Sumpah untung naik motor. Kalo jalan kaki + laper, udah ngamuk-ngamuk aku pasti :P

Sampai di Batu

Selesai makan ayam yang enak bangeeeet (sambelnya ada 3 macam dan bisa ambil sepuasnya), kami segera melanjutkan perjalanan ke arah alun-alun. Sampai di alun-alun ternyata rameeee banget. Namanya juga musim libur, apa yang diharepin. Kami memutuskan untuk berhenti sebentar buat foto-foto di bianglala sama berhenti buat beli Ketan Legenda yang hits itu. Untuk bianglala, sebenernya dari dulu pengen banget naik tapi selalu nggak kesmpean karena males antrinya. Kemarin ini karena mas Jarwo juga mau naik, akhirnya kami memutuskan buat antri dan naik bianglala yang tiketnya seharga Rp 3.000,00 per orang.
Akhirnya naik juga setelah berkali-kali kesini.
 
Pemandangan dari atas sini ternyata lumayan, bisa lihat alun-alun Batu dari atas, jajaran motor yang diparkir rapi di bawah, dan kerumunan pedagang serta manusia di bawah sana.
View dari bianglala
Turun dari bianglala, aku ngajakin mas Jarwo buat ngicip ketan legenda, tapi....ANTRINYA GILAK AJA. Mengular! Akhirnya aku yang awalnya bilang,"Mas kamu kudu nyobain makan ketan disini." berubah menjadi "Ah ketannya biasa aja kok, kayak ketan yang lain. Menang terkenal doang."
Nggak jadi beli, rame banget
 Abisnya mau makan ketan aja antrinya udah bikin males duluan. Jadi akhirnya kami memutuskan untuk menuju puncak paralayang di gunung Banyak. Sampai di parkiran, mas Jarwo yang penggemar susu liat warung susu dan ngajakin buat mimik susu dulu. Duh padahal aku masih kenyang, tapi yaudah deh daripada kalo nggak diturutin dia manyun. Ntar aku nggak diboncengin pulang.



Baca juga : "Pulang" ke Malang

Abis kenyang minum susu, akhirnya perjalanan kami lanjutkan ke puncak paralayang. Waktu itu aku sudah kesini dengan Yoga di liburan sebelumnya jadi aku masih hapal jalannya. Lagian tinggal lurus doang arah Coban Rondo, sampe ketemu pertigaan terus belok ke kiri sedikit, liat kanan sampai nemu gapura pertama, masuk ke kanan dan ikutin aja petunjuk jalan sampai di puncak paralayang.

Tiket masuk ke lokasi ini adalah Rp 5.000 per orang dan parkir motor Rp 3.000. sampai disana ternyata rameeee banget. Banyak pasangan muda-mudi yang sibuk menghabiskan malam disini. Duh liat dedek-dedek emesh gini jadi berasa tua.

Akhirnya, setelah aku merengek untuk pulang karena ngantuk banget, kamipun kembali lagi ke hotel untuk beristirahat.
  

Yang ini foto pas bareng Yoga dulu

Kamis, 06 Oktober 2016

"Pulang" ke Malang

14.53 0 Comments
Hasil corat-coret di tembok kampung Jodipan :P
Sekitar bulan Agustus 2016, aku dan temanku si Yoga berencana untuk main-main ke Malang ketika ada liburan Idul Adha 1437 H silam, tepatnya dari tanggal 10-12 September 2016. Yoga dari Jakarta sedang aku dari Jogja. Kami sepakat untuk membeli tiket kereta dengan jam tiba yang berdekatan. Dia rencana sampe Malang jam 10 siang, saya jam 9 pagi. Yah tapi berhubung dari berangkat keretanya udah telat, alhasil Yoga baru sampai jam 12 siang. Huft. Berikut adalah destinasi-destinasi yang kami kunjungi selama liburan singkat ini. 

DAY 1:
  1. Taman Labirin Coban Rondo
  2. Omah Kayu Paralayang
  3. Alun-alun Kota Wisata Batu
Sarapan bakso bakar Pahlawan Trip
Berhubung Yoga datang terlambat dan aku udah lapar, bermodal GPS dan juga motor sewaan yang harga perharinya Rp 60.000, aku memutuskan buat sarapan terlebih dahulu. Dulu pernah makan di tempat ini dan aku kangen buat makan bakso. Seporsi bakso bakar, segelas teh panas dan juga 1 buah lontong di Bakso Bakar Pahlawan Trip ini harganya 27 ribu rupiah. Lumayan lah apalagi rasanya juga enak. Selesai sarapan, aku kembali ke stasiun untuk menjemput Yoga yang sudah dateng dari Jakarta.

Dari stasiun, kami menuju hotel untuk check in, berganti pakaian kemudian menuju arah Batu. Hotel kami ada di Malang dan perjalanan menuju Batu membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Tujuan kami adalah ke Taman Labirin di Coban Rondo dan rumah pohon di Gunung banyak. Masuk ke area Coban Rondo dikenai tiket 15 ribu rupiah per orang dan bayar lagi 10 ribu rupiah untuk ke labirin.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Tebing Breksi Berbenah Diri

13.53 0 Comments
a liltle selfie won't hurt 
Pada bulan Agustus 2016 lalu, aku sempat pergi ke Kawah Ijen di Banyuwangi. Seperti biasa, setiap perjalanan baru tentu bakalan nambah temen baru. Waktu itu ada 2 teman lama yang bergabung di trip yakni Winda dan Ryan, sedang si teman baru bernama mas Andi, anak rantau dari Makassar yang bekerja di Surabaya.

Jumat, 23 September 2016

Trenggalek Kian Bersolek

12.08 1 Comments

Kabupaten Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Trenggalek yang berjarak 180 km dari Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Terletak di pesisir pantai selatan dengan batas wilayah sebelah utara Kabupaten Ponorogo, sebelah timur dengan Kabupaten Tulungagung; sebelah selatan Samudera Hindia, dan sebelah barat dengan Kabupaten Pacitan.

Minggu, 21 Agustus 2016

17 Agustus di Gunung Lawu

21.00 4 Comments

Gunung Lawu memiliki ketinggian 3.265 meter di atas permukaan air laut. Gunung Lawu terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur dan ada tiga jalur utama untuk memulai pendakian Gunung Lawu. Pendakian melalui Candi Cetho dan Cemoro Kandang berlokasi Jawa Tengah dan satu lagi melewati Cemoro Sewu di Jawa Timur. Basecamp via Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu ini hanya berjarak sekitar 300 meter saja.

Apa sih bedanya via Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu ?

Jika kamu memilih pendakian dari Cemoro Kandang, kamu akan melewati 5 shelter dengan jalur yang sudah ditata dengan baik. Jalur ini lebih cocok untuk pemula karena banyak bonusnya alias banyak landainya.
Pendakian melalui Cemoro Sewu juga akan melewati 5 shelter. Hanya saja Cemoro Sewu jalurnya agak sedikit sulit jika dibandingkan Cemoro Kandang, namun waktu tempuh hingga ke puncak relatif lebih singkat. Oh iya jalurnya pun sudah ditata sedemikian rupa dan berbentuk tangga batu. Bagi kalian yang lebih menyukai trek tanah, mendaki anak tangga hingga nyaris ke puncak gunung tentu menjadi “kemalasan” tersendiri, termasuk bagi saya hehe. Karena itu saya memilih mendaki lewat Cemoro Kandang dan nantinya turun lewat Cemoro Sewu. 

Perjalanan dimulai pada tanggal 16 Agustus 2015 dimana saya dan Yugo menggunakan kereta api Prameks buat menuju Solo. Nanti di Solo sudah ada dua teman kami yang menggunakan sepeda motor untuk menuju basecamp. Baru mau berangkat aja udah drama banget. Jadi waktu itu Yugo datang lebih dahulu dan sudah membeli tiket untuk kami berangkat jam 8 pagi. Nah, dasarnya saya kalo dateng mepet-mepet, jam 8 kurang 5 menit saya baru sampe stasiun dan kereta api masih ada di depan mata.
Saya cari Yugo kesana kemari karena kita masih punya waktu untuk mengejar kereta namun ia tak saya temukan. Ternyata Yugo udah pergi ke loket untuk beli tiket kereta jam berikutnya karena ia menduga saya akan terlambat. 
Dan ketika kereta berangkat, Yugo datang dengan 2 tiket baru di tangannya. Huft , oke baiklah. Setelah itu karena sama-sama bete kami pun saling mendiamkan sepanjang jalan hingga kereta hampir tiba di Solo. Sesampainya di Solo (kami udah baikan), teman kami Agenk sudah datang menjemput dan mengantarkan kami satu-satu ke terminal bis. Jadi ceritanya saya dan Yugo naik bis hingga Karanganyar dan Agenk serta teman kami Wawan akan menyusul naik motor. Nantinya kami akan janjian di Terminal Tawangmangu. 

Biar praktis, kurang lebih begini rute perjalanan menuju Gunung Lawu menggunakan kendaraan umum dari Jogja:
Jogja - naik kereta api Prambanan Ekspress menuju Solo (8 ribu rupiah) - turun di stasiun Balapan - menuju terminal Tirtonadi - naik Bus Langsung Jaya atau Rukun Sayur menuju Terminal Tawangmangu (12 ribu rupiah) - naik colt L300 menuju basecamp Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu (15 ribu rupiah). Biasanya, colt terakhir beroperasi sekitar jam 5 sore.

Kami memutuskan untuk mendaki via  Cemoro Kandang yang mempunyai panjang jalur kurang lebih 12 km dikarenakan tipe jalurnya yang relatif landai. Oh iya Gunung Lawu merupakan gunung api yang memiliki 3 puncak yaitu puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Hargo Dumilah yang menjadi tujuan utama para pendaki adalah puncak tertinggi Gunung Lawu (3265m dpl). Puncak ini juga dipercaya sebagai lokasi "moksa" nya Raja Brawijaya V.

Pendakian gunung lawu via Cemoro Kandang membutuhkan waktu kurang lebih 8-9 jam. Sebelum melakukan pendakian kami harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu dengan membayar biaya sebesar 10 ribu rupiah/ orang ( sudah mencakup asuransi) dan meninggalkan salah satu identitas diri berupa KTP. Disini nama kami semua didata dan menuliskan nomor telepon yang dapat dihubungi dalam keadaan darurat. 

Senin, 15 Agustus 2016

Mendung Syahdu di Hutan Sermo

16.51 0 Comments
Bisa nyantai dan udaranya super sejuk
Hari Sabtu, 14 Agustus 2016, sebenarnya aku punya rencana untuk mendaki gunung (lebih mirip bukit) Andong yang terletak di daerah Magelang, Jawa Tengah untuk melihat sunrise. Namun karena cuaca di Kota Jogja memang kurang mendukung sejak beberapa hari yang lalu (baca : sering mendadak hujan terlebih di malam hari) , maka aku harus memikirkan rencana cadangan.

Dua teman lain yang rencananya ingin ikut mendaki yakni Holly dan Landy pun setuju-setuju saja. Yang penting piknik tetap jalan. Ternyata benar, malam hari sekitar jam 12 hujan turun dengan derasnya. Kami pun "mager" dengan sempurna karena hujan dan cuaca dingin.

Selasa, 09 Agustus 2016

Camping Hore di Pantai Watukodok

13.47 2 Comments
Kalau males masak bisa jajan karena banyak warung di pantai ini
Malam itu, Jumat tanggal 5 Agustus 2016 kakakku bilang bahwa ia ingin mengajak kami semua nonton Dieng Culture Festival ke-7 di Dieng dan berangkat tengah malem supaya bisa liat sunrise di Bukit Sikunir.
Persoalan banget dong karena hari Sabtu aku masih kerja dan ada meeting bulanan yang nggak mungkin absen karena bulan lalu udah absen demi liburan. 

Lagipula adekku yang paling kecil udah kelas 3 SMA, masak iya dia disuruh izin nggak sekolah cuma buat piknik...