Follow Me @rezadiasjetrani

Kamis, 31 Agustus 2017

KEREN ! 7 Destinasi di Jogja Masuk Nominasi dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) 2017

10.33 0 Comments
Waaah, senangnya. Barusan baca berita dan bangga karena 7 destinasi di Jogja masuk nominasi dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) 2017 lho
 

API 2017? Apaan tuh Jet ?

Nih ya aku kasih tau.  

"Anugerah Pesona Indonesia (API) merupakan rangkaian kegiatan tahunan yang diselenggarakan dalam upaya membangkitkan apresiasi masyarakat terhadap Pariwisata Indonesia. Disamping itu penyelenggaraan API juga bertujuan untuk mendorong peran serta berbagai pihak terutama Pemerintah Daerah untuk lebih berupaya dalam mempromosikan pariwisata di daerahnya masing-masing."



Senin, 28 Agustus 2017

Pinus Pengger, Surga Tersembunyi Untuk Kita dan Mereka

12.43 7 Comments
Spot foto tangan raksasa di Hutan Pinus Pengger
Bercerita tentang kampung halaman, tentu tak akan ada habisnya, tak akan ada bosannya. Akan selalu ada kisah dari masa lalu yang membuat kita tersenyum jika mengingatnya. Itulah yang kurasakan terhadap kampung halamanku, Yogyakarta. Meski jujur saja, dari sisi lalu lintas Jogja sudah tak senyaman dulu, macet disana-sini, hotel dan apartemen kian menjamur, namun kota ini masih menjaga dengan teguh kekayaan budaya dan kearifan lokalnya.

Tak hanya itu, berbagai obyek wisata yang dulu terkesan itu-itu saja, kini justru semakin bertambah dengan digalakkannya desa wisata, terutama di daerah Bantul, tempat kakekku berasal. Bantul tepatnya di kecamatan Dlingo, kini makin populer dengan banyaknya wisata alam yang ditunjang spot selfie yang sedang populer belakangan ini. Kebetulan ketika liburan kemarin, aku mengajak teman-temanku untuk camping disini.
Camping bersama teman-teman. Tempatnya luas, banyak pohon dan tanahnya banyak yang datar jadi nyaman untuk mendirikan tenda.
Pemandangan di pagi hari
Aku masih ingat ketika kecil dan akan pergi ke rumah kakekku, jalanan masih sepi, jarang sekali wisatawan kesana kecuali mau ke pantai. Bantul terkesan sangat jauh dari peradaban. Anak-anak ke sekolah masih naik sepeda, sesekali berpapasan dengan para pencari rumput atau jerami yang ditumpuk tinggi di kendaraan mereka. Tapi sekarang, untuk menuju ke Dlingo saja apalagi ketika musim liburan dijamin macet parah dan banyak mobil plat luar yang menuju ke kawasan ini.

Memang ada apa aja sih di Dlingo?

Banyak! Coba aku tulis yang aku tahu ya. Ada Puncak Pinus Becici, Bukit Panguk Kediwung, Jurang Tembelan, Seribu Batu Songgo Langit, Pinus Pengger, Watu Goyang, Bukit Mojo Gumelem, pokoknya banyak. Nah tapi yang mau aku bahas adalah Pinus Pengger. Soalnya menurutku tempat ini asyik banget buat camping, baik untuk anak-anak, remaja, bahkan orangtua dan aku membuktikannya dengan camping disini.
Yakin nggak pengen bangun pagi liat pohon pinus di sekelilingmu seperti ini?


Bersama teman-teman

Lokasi Pinus Pengger

Pinus Pengger terletak di Kecamatan Dlingo bagian paling utara, tepatnya berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pathuk, kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini kusebut surga tersembunyi karena pada dasarnya Hutan Pinus Pengger ini bukanlah wisata baru di Bantul, karena sudah muncul bersamaan dengan populernya Hutan Pinus Imogiri beberapa tahun terakhir. Tempat ini menjadi populer karena spot foto selfienya yang menarik dan selalu diperbarui oleh pengelola.

Kuakui pengelola Hutan Pinus Pengger  termasuk rajin dan kreatif dalam menciptakan spot-spot selfie.  Awalnya spot foto disini masih mainstream yakni berupa gardu pandang di pohon pinus dan jembatan pohon.

Namun belakangan, Hutan Pinus Pengger ini ngehits dengan spot foto rumah piramid atau tumpeng yang terbuat dari ranting dengan lubang di tengah yang bisa dimasuki pengunjung. Dari situ pengunjung bisa melihat Jogja dari ketinggian, lengkap dengan kemerlip lampu kota kalau malam hari.  Jadi kalau dateng kesini malam, dijamin bakalan super rame. 
Suasana di pagi hari, masih sepi dan udaranya super sejuk
Kalau mau hasil fotonya lebih bagus bisa minta tolong warga lokal sekaligus pengelola.
Sedikit info buat kalian yang mau foto di spot ini, kalau mau hasilnya bagus, bisa pakai jasa fotografer dari warga setempat. Dulu pas aku kesana per foto dibanderol dengan harga Rp 4.000,00 tapi dijamin hasilnya bagus karena kalian bisa milih-milih dulu mana foto yang mau kalian ambil. Nggak hanya itu, ada juga spot foto tangan raksasa yang cakep banget kalo buat foto di pagi hari. Kalau malam hari, di ujung jari jari tangan raksasa itu juga terdapat lampu yang bisa menyorot ke arah tengah / sentris jadi seperti ada efek cahaya yang cukup epic.

Rute Menuju Hutan Pinus Pengger, Dlingo

Untuk menuju ke Hutan Pinus Pengger sebenarnya cukup mudah. Lokasi ini berjarak sekitar 25 km atau 1 jam perjalanan dengan kendaraan pribadi dari kota Jogja. Kalian bisa melewati jalan Imogiri atau lewat jalan Wonosari. Namun kami kemarin melewati jalan Wonosari dengan rute sebagai berikut :

Kota Jogja - ambil arah timur ke jalan Wonosari - menuju ke Bukit Bintang - sampai puncak Pathuk Gunung Kidul (ada radio GCD FM ) akan ada perempatan - ambil arah kanan atau arah Dlingo – terus saja hingga melewati wisata Watu Amben - lurus terus ikuti jalan hingga menemukan plang penunjuk Hutan Pinus Pengger di sebelah kanan jalan.

Harga Tiket Masuk Hutan Pinus Pengger

Untuk menikmati spot baru di Hutan Pinus Pengger, waktu itu kami cukup membayar tiket masuk Rp 2.500 per orang, parkir sebesar Rp 2000,00 untuk motor dan Rp 5000 untuk mobil. Sedangkan untuk spot selfienya disediakan kotak untuk bayar seiklasnya. Nah, kalau menginap/ camping bayarnya Rp 15.000 per orang. Fasilitas di Hutan Pinus Pengger ini juga cukup lengkap mulai dari toilet, mushola, bangku dan meja santai di tengah hutan, rest area, warung makan dan juga gazebo yang bisa dipakai untuk pertemuan.

Kenapa Disebut Surga Tersembunyi ?

Kalau ada yang tanya kenapa, jawabanku cukup panjang. Ada dua alasan menurutku, yang pertama, dari pemandangannya, dijamin memanjakan mata. Sejauh mata memandang kita bakal disuguhi deretan pohon pinus yang menjulang tinggi sehingga membuat teduh. Berjalan ke tepi tebing, akan terlihat deretan perbukitan membentang luas. Banyaknya spot selfie akan memanjakan hasrat narsis kita yang ingin eksis di media sosial. Di pagi hari, lautan kabut membuat kita serasa di atas awan. Di malam hari lampu kota yang nampak dari kejauhan menciptakan suasana romantis. Sambil menikmati segelas minuman hangat dan melihat pemandangan malam, bakal bikin suasana malammu tak terlupakan.
Yang kedua, karena "surga tersembunyi" ini nyatanya mampu memberikan penghidupan bagi warga sekitar. Dari pengelola koperasi Notowono yang bertanggung jawab akan pengelolaan area hutan lindung di kawasan ini, aku mendapat informasi bahwa objek wisata ini dikelola bersama oleh warga setempat dimana 75% hasilnya untuk warga dan 25% untuk pemerintah. 

Jadi, dulunya deretan hutan pinus di kawasan Dlingo ini hanyalah hutan pinus biasa dan dimanfaatkan oleh para petani untuk menyadap getah pinus. Namun karena kuantitasnya yang makin menurun, akhirnya warga masyarakat dan para pemerhati lingkungan sepakat untuk mengalihfungsikan hutan ini menjadi obyek wisata. 

Tentunya pada awal usaha mereka mengalami sejumlah kendala, karena harus mengubah kebiasaan dari masyarakat petani menjadi masyarakat pelaku wisata. Tapi seiring berjalannya waktu masyarakat mulai merasakan manfaat dan perekonomian warga meningkat. Hal inilah yang membuat para pengelola terus berusaha membenahi obyek wisata dan mengembangkan ide-ide baru supaya wisatawan yang datang tidak bosan dan selalu ingin kembali ke tempat ini.
Wah, keren kan! Wisatawan senang, warga lokal senang.

Jadi kapan kalian ke Jogja ? Buat kalian yang pengen liburan ke Jogja tapi nggak mau ribet, kalian bisa merencakan liburan lewat tiket.com lho. Pesen tiket pesawat dan kereta api sekaligus booking hotel dijamin jauh lebih murah, sering banyak diskon pula! Jadi tunggu apalagi? Pesen tiket dan booking hotel di tiket.com dan nikmati surga tersembunyi di Jogja.

Lokasi Pinus Pengger, Yogyakarta :

Kamis, 24 Agustus 2017

Pagi yang Sempurna Ditemani Kopi Good Day Originale Cappucino

22.40 0 Comments


Aku menyebut diriku traveller simpel (dan gaul tentunya). Kalo mau pergi, tinggal bawa daypack isi baju seperlunya, naik bis atau kereta ke destinasi tujuan, liburan, santai-santai, lalu pulang. Sesekali aku bikin itinerary, tapi sering juga aku asal pergi yang penting nggak mengganggu waktu kerja. Biasanya aku lebih suka menghabiskan waktu di alam bebas. entah pantai, gunung, ataupun hutan.

Senin, 14 Agustus 2017

Minggu, 13 Agustus 2017

Cara Menuju Basecamp Ranupani dan Menggapai Puncak Mahameru

08.43 0 Comments
Puncak Mahameru
Banyak yang sering nanya, bagaimana cara menuju basecamp Ranupani dan berapa lama sih waktu yang diperlukan buat mendaki gunung Semeru ? Jawabannya relatif. Kalau waktu yang kamu miliki terbatas dan fisikmu dalam kondisi prima, sebenarnya 3 hari 2 malam cukup dengan rincian : 1 malam di Ranu Kumbolo, 1 malam di Kalimati, turun dari puncak langsung kembali ke Ranupani.

Tapi idealnya kalau mau nyantai ya 4 hari 3 malam, jadi 1 malam di Ranu Kumbolo, 1 malam di Kalimati, turun dari puncak bermalam lagi di Ranu Kumbolo, baru besoknya  kembali ke Ranupani.

Sabtu, 12 Agustus 2017

Mau Liburan Ke Dieng ? Nginep Di Tani Jiwo Hostel Aja.

21.01 0 Comments
Pada tanggal 4,5,6 Agustus 2017 kemarin, aku diajak oleh sahabatku dari jaman kuliah yakni Bayu untuk menyaksikan gelaran Dieng Culture Festival 2017. Sebenernya sih si Bayu ini mau ngajakin gebetannya, cuman berhubung kisah mereka rada rumit, akhirnya nggak jadi. Sebagai sohib yang selalu setiap setiap saat kayak Rexon* akupun terjebak nemenin dia ke Dieng selama 3 hari 2 malam.
Paket Dieng Culture Festival 2017
Believe it or not kami motoran dari Jogja. Bukan hal yang aneh sih soalnya Jogja-Dieng deket, cuman si Bayu ini badannya genduut banget jadi bayangin dong sisa seat di jok motor kayak apa. Belom lagi kami bawa 3 tas ransel, soalnya Bayu bawa 1 tas khusus berisi drone yang harganya bahkan lebih mahal dari motorku jadi kudu digendong baik-baik.

Setelah dia menjemputku di kantor, kami sempat pulang ke rumahku untuk mandi dan bersiap-siap. Berangkat sekitar jam 4 sore, kami sampai di Dieng sekitar jam 7 malam. Sempat kena gerimis di jalan meski nggak lama dan udaranya super dingiiiiiiin.


Nah, sebelum menuju kesini, Bayu udah milih penginapan dari hasil rekomendasi teman-temannya di CNN (yang waktu itu liputan DCF 2017) bernama Tani Jiwo Hostel. Katanya sih bagus dan masih baru. Dari pertigaan yang ada tulisan DIENG super gede, kami belok ke kanan (arah candi/ Indom*ret. Hostel ini letaknya persis di pertigaan arah candi Arjuna, di kanan jalan dan ada patung macan di depannya. Nggak bakal nyasar karena bangunan hostel ini mencolok dan nampak modern dibanding bangunan lainnya. 
Begitu masuk ke lobby, kesan luas, minimalis dan bersih langsung terasa. Ada beberapa sofa yang diletakkan di beberapa sudut, jadi kalau kita mau janjian sama temen atau mau ngobrol sama tamu bisa enak duduk dimana aja. Seluruh tembok di cat warna putih dengan hiasan tanaman di atas papan yang dipaku ke dinding. Ada juga motor klasik yang ditaruh di bawah tangga. 

Tarif Menginap di Tani Jiwo Hostel

Tarif per malamnya waktu itu Rp 150.000, 00 per bed, bukan per room ya karena dari namanya kita udah tau bahwa rata-rata hostel pasti berbentuk dormitory. Ada kamar yang isi bednya 4, 6, hingga 8. Ada dorm khusus cowok, cewek, dan juga campur.
Dorm cewek isi 8 bed.
Setiap bed dilengkapi dengan seprei bersih, 1 buah bantal, selimut tebal juga lampu baca (dan colokan guys. Jadi jangan lupa bawa colokan T biar nggak perlu ribet kalo mau nge-charge gadget kamu ya).

Buat kalian yang nggak mau tidur di dorm, jangan khawatir, ternyata ada kamar untuk keluarga dengan bed berukuran besar yang juga dilengkapi kamar mandi dalam. Harganya malah lebih murah, waktu itu Rp 450.000,00 bisa buat berempat. Oh iya semua tamu dapet sarapan juga setiap pagi. Lumayan banget kan?

Naik ke lantai 2, kita akan menemui kamar mandi laki-laki dan perempuan (dipisah lho ya jadi jangan sampe salah masuk). Untuk dormitory, kamar mandi dan WC ada di lantai 2, jadi kalo kamar kamu di lantai 1 ya kudu naik turun.
Tersedia 3 bilik shower saja dan 2 bilik WC kering
Masuk ke dalam, kita akan menemui meja besar yang bisa dipakai buat belajar, baca buku, meeting, atau nonton TV. Terdapat rak berisi koleksi buku dengan berbagai macam genre. Di sebelahnya ada dapur komplit dengan teh, kopi, gula, dispenser air panas dan juga tempat cuci piring yang semuanya bisa kita pakai gratis! Wih, asik banget apalagi udara di Dieng super dingin dan aku terbiasa minum panas sebelum tidur. Mayan kan bisa irit mau bikin kopi atau teh panas berkali-kali. Kompor juga bisa dipakai buat masak ala kadarnya kalo misal kita mau bikin mie atau memanaskan sesuatu.
Suasana di lantai 2
Sayang, hampir sebagian besar tamu "males" nyuci peralatan makan yang mereka pakai. Padahal udah ada tulisan yang menurutku cukup jelas banget bahwa semua peralatan makan bisa dipakai dan diharapkan membersihkan kembali peralatan tersebut. Apa sih susahnya nyuci piring sama gelas bekas kita sendiri? Heran banget kebiasaan geletekin sembarangan. Bukan apa-apa, jumlah karyawan dan peralatan makan disini terbatas, sedang jumlah tamu kan lumayan. Bayangin kalo setiap orang ambil 1 piring, 1 gelas buat bikin teh, trus ambil lagi buat bikin kopi. Giliran ada yang mau make, eh gelas atau piring bersihnya abis. Kan KZL ya.

Oke lanjut lagi.

Di samping tempat cuci piring ada sekat kaca yang tembus ke ruang santai. Ini nih lokasi favorit aku buat nongkrong. Jadi disini ada sofa panjang dengan bantal-bantal empuk di bagian sudut. Di sebelahnya banyak meja kursi kayu yang juga bisa dipakai ngerumpi atau makan. Atapnya berupa kanopi yang ketika pagi-sore tentunya bikin terang dan hangat. Tapi kalo malem asik banget buat nongkrong soalnya lampunya temaram romantis gitu. Uhuy!
Sudut favoritku nih!

Buat kalian yang suka ngopi, hostel ini punya warung kopi dong di rooftopnya alias di lantai 3. Kalo malem sering ada yang live music juga sih. Berhubung aku nggak suka ngopi, palingan cuman nemenin Bayu sama Anna  (kenalan kami di hostel) sambil baca buku di ayunan atau sambil liatin pemandangan Dieng dari atas. Sekedar saran, berhubung rooftop ini terbuka (ada kanopi tapi nggak ada dindingnya), udara dingin langsung menerpa kulit. Buat kalian yang nggak tahan dingin kayak aku, sangu jaket + kaos kaki atau malah selimutan sleeping bag sekalian ya. Padahal waktu itu sore sekitar jam 5 tapi dinginnya duh mak ! Duduk di ayunan sambil baca buku di dalem SB ternyata super seru, hehe.
Di belakang ayunan, ada bangunan tertutup berupa joglo yang bisa dipakai sebagai ruang pertemuan / hajatan. Kali aja ada yang mau lamaran atau nikahan privat disini. Bisa banget soalnya tempatnya lumayan luas.
Joglo dan pemandangan dari rooftop
Nah buat kalian yang pengen nginep juga disini, bisa kepo dulu instagram mereka di @tanijiwo guys. Karyawan disini ramah-ramah banget !

Lokasi Tani Jiwo Hostel

Jln. Raya Dieng No.31, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah 53456, Indonesia
Telepon: +62 286 3302070

Kamis, 10 Agustus 2017

Akankah Aku Kembali Lagi ke Mahameru ? Part 2 - Selesai

08.30 0 Comments
Mahameru
Ngelanjutin cerita sebelumnya, cerita kali ini bakalan fokus tentang perjalanan kami dari Kalimati, menuju puncak Semeru hingga kembali ke Ranu Pane. Pos Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, jadi banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun (eh tapi kami nggak bikin api unggun lho, yang bikin para porter).

Baca dulu part 1-nya : Ngerayain Ulang Tahun Di Atap Jawa, Part 1- Ranukumbolo

Sore itu setelah Kika, Alin dan Desi datang, aku dan Mbak Fatma meninggalkan tenda untuk ikut mas porter ke sumber mata air "Sumber Mani", jalan kaki ke arah barat (kanan) menelusuri pinggiran hutan Kalimati. Sumber mata air ini lumayan jauh, sekitar 20 - 30 menit berjalan kaki jadi kalau pulang pergi ya 40 menit atau sejaman lah.

Sabtu, 05 Agustus 2017

Ngerayain Ulang Tahun Di Atap Jawa, Part 1- Ranukumbolo

00.00 7 Comments
Akhirnya kesini juga
Ngerayain pertambahan usia ? Yakin harus dirayain ? Bukannya nambah usia berarti jatah hidup di dunia malah berkurang ?

Eng...iya juga sih. Kalo dipikir-pikir ulang tahun harusnya bukan seneng tapi malah sedih kan ya. Soalnya jatah hidup di dunia udah berkurang setahun.

Yah, tapi bukannya nikmat sehat, nikmat umur panjang juga harus disyukuri ? Karena itu di ulang tahunku yang ke-dua-puluh-sekian (Alhamdulillah masih kepala 2), aku merayakannya di puncak tertinggi Jawa. Puncak Semeru...Mahameru.

Jumat, 04 Agustus 2017

Kampong Tourist, Solusi Penginapan Murah Meriah Buat Backpacker di Malang

12.08 0 Comments
Kampong Tourist,  Malang
Malang....siapa yang tak pernah mendengar tentang kota ini? Kota yang memiliki julukan Kota Apel ini merupakan salah satu destinasi wisata populer di kabupaten Jawa Timur dengan berbagai destinasi wisata yang sangat lengkap dari city tour, museum, pantai, hingga pengunungan.

Pada bulan Juli 2017 ini aku berkesempatan untuk datang ke kota ini,  lagi dan lagi. Entah sudah keberapa kalinya. Tujuanku saat itu adalah untuk mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru dengan puncak tertingginya bernama Mahameru. Puncak abadi para Dewa.