Follow Me @rezadiasjetrani

Selasa, 26 Juli 2016

Cuma Punya Waktu Terbatas Buat Explore Surabaya? Ke Kenjeran Park Aja !

10.20 1 Comments
Bagian klenteng yang berada ditepi laut. Foto disini dulu biar kayak anak hits (katanya).
Pagi itu, aku dan mami ada acara reuni di salah satu rumah teman mami di Surabaya. Acara selesai sekitar pukul 2 siang dan malamnya kami harus segera kembali ke Jogja. Nah, berhubung masih ada waktu beberapa jam, aku berniat mengajak mami ke Kenjeran Park atau sering disebut Kenpark yang terletak di Jalan Pantai Ria Kenjeran, Sukolilo Baru, Bulak, Surabaya. Buat yang bingung, bisa pakai google map aja ya biar nggak  nyasar. Dulu sih aku pernah kesini bareng mas Didin sebelum kami liburan ke Bali, jadi paling nggak aku udah tau jalan menuju ke lokasi ini. Kalau dari stasiun Gubeng jaraknya sekitar 30 menit perjalanan (sekitar 9 km).

Minggu, 24 Juli 2016

House of Sampoerna, Nostalgia di "Soerabaja Lama"

11.15 0 Comments

Sepulang dari menjalankan ibadah Umroh bersama mami April 2014 silam, setiap 4 bulan sekali diadakan reuni umroh yang sebagian besar selalu diadakan di area Jawa Timur. Hal itu dikarenakan sebagian besar teman-teman umroh kami berasal dari Jawa Timur seperti Malang, Surabaya, dan Gresik. Kali ini, Juli 2016, reuni umroh diadakan di rumah mas Dika di daerah Dukuh Kupang Surabaya.

Aku berangkat dengan mami naik bis Eka karena katanya lebih deket kalau jemput di terminal dan jam keberangkatannya pun lebih fleksibel karena bis jurusan Jogja-Surabaya selalu ada setiap jam. Sesampainya di Surabaya sekitar pukul 6 pagi dan nunggu dijemput, kami tiba di rumah mas Dika lalu mandi, sarapan, dan siap-siap untuk pergi berkeliling kota Surabaya. Mengingat jalanan di Surabaya yang cukup padat ditambah aku dan mami sama-sama nggak tau jalan, akhirnya aku memutuskan untuk naik motor saja meski sudah ditawari buat naik mobil. Bukan apa-apa, kalau naik motor dan salah jalan kan lebih praktis buat muter balik atau cari jalan alternatif. Kebetulan mas Dika saat itu sibuk jadi nggak bisa nemenin dan malah pas banget kami bisa lebih bebas kalau pergi berdua.

Lokasi Museum House of Sampoerna

Tujuan pertama kami adalah ke museum House of Sampoerna yang terletak di Taman Sampoerna No 6, Krembangan, Pabean Cantikan, Surabaya. 
Telepon : +6231 353 9000 
Fax : +6231 353 9009 
website : www. houseofsampoerna.museum

Berbekal google map dan mami sebagai navigator, akhirnya kami sampai di lokasi tersebut. Untung saja kami memutuskan untuk naik motor karena sore itu Surabaya super macet. Terletak di kawasan "Surabaya lama", gedung megah bergaya kolonial Belanda ini dibangun pada tahun 1858 dan memiliki dua buah lantai. Gedung ini sebelumnya digunakan sebagai panti asuhan yang dikelola oleh Belanda, kemudian dibeli pada tahun 1932 oleh Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna, dengan maksud untuk digunakan tempat produksi rokok pertama Sampoerna.

Ada Apa Aja di Museum House of Sampoerna?

Aroma cengkeh dan tembakau menyerebak ketika aku dan mami memasuki ruangan museum. Lantai pertama digunakan sebagai ruang pamer museum dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat penjualan souvenir dengan berbagai dekorasi artistik.

Bangunan di lantai pertama terdiri dari tiga buah ruangan. Di ruangan pertama terdapat replika sebuah warung sederhana bernuansa ndeso milik pendiri PT Sampoerna, yaitu Liem Seeng Tee dan istrinya, Siem Tjiang Nio. Replika warung sederhana itu kayak asli karena ada toples makanan, keranjang buah-buahan lengkap dengan buahnya, juga gundukan cengkeh dan tembakau. Di depan warung terdapat sejumlah karung goni berisi tembakau dari berbagai daerah. Katanya ini adalah contoh tembakau-tembakau terbaik dari berbagai daerah yang nantinya akan diolah menjadi produk rokok keluaran Sampoerna.
Lanjut lagi, kami melihat dua buah sepeda tua yang dulu digunakan pendiri Sampoerna untuk berdagang ketika masih muda. Kedua sepeda ini bisa dikatakan saksi bisu perjuangan Liem Seeng Tee kecil yang memulai hidup mandiri dengan bekerja keras semenjak masih kecil. Wah, salut. Kemudian di bagian paling kanan ruangan terdapat properti ruang kerja dan ruang keluarga Liem Seeng Tee selama menjalankan perusahaannya. Ada pula koleksi kebaya serta foto keluarga dari masa ke masa.

Masuk ke ruangan kedua, berisi koleksi foto-foto keluarga serta direksi PT HM Sampoerna dari masa ke masa. Ada juga koleksi alat pemantik rokok dengan berbagai macam bentuk dan aneka gambar pembungkus korek api batang (kalau aku menyebutnya korek jress). Beberapa gambar cukup familiar bagiku karena di rumah kalau beli korek api, sering banget dapet gambar tersebut. Oh iya di ruangan ini juga terdapat kamar mandi yang super klasik. Jadi seperti ke suasana 80-an.  
Lanjut ke ruangan ketiga, kita akan diperkenalkan dengan alat dan bahan untuk meracik rokok. Seperti di ruangan pertama, ada juga replika warung rokok disini. Bentuknya bener-bener membuat kita bernostalgia, mirip seperti warung yang sering kita temui di pinggir jalan pada jaman tahun 90-an sampai awal tahun 2000-an (ketauan banget ya umurnya). Nggak hanya jualan rokok, warung-warung semacam in5 dulu juga menjual aneka jajanan seperti permen, snack yang digantung di sana-sini, juga beragam minuman ringan.
Jaman dulu, merekalah ujung tombak penjualan rokok keluaran pabrik Sampoerna. tak heran kalau banyak terdapat gerobak warung dengan aneka hiasan Sampoerna di setiap sudut jalan di Indonesia.

Di ruangan ini dipajang pula berbagai macam produk rokok produksi Sampoerna dengan beragam kemasan dari masa ke masa. Termasuk kemasan khusus yang bertuliskan Presiden Republik Indonesia.
Ada koleksi yang cukup unik yaitu peralatan marching band binaan Sampoerna yang memiliki prestasi hingga dunia internasional. Sayang, sejak Desember 1991 kegiatan marching band binaan Sampoerna ini resmi dihentikan. Kita bisa menikmati rekam jejak marching band binaan Sampoerna ini secara lengkap dari layar monitor sentuh yang disediakan.
Naik ke lantai dua, tersedia berbagai macam merchandise berbau Sampoerna. Yang paling keren, kita bisa melihat kegiatan para pekerja pabrik yang sedang melinting rokok. Hampir semuanya adalah perempuan lho. Kecepatan mereka dalam melinting rokok juga sangat luar biasa. Konon dalam waktu satu jam mereka dapat melinting sekitar 325 buah batang rokok. Aku yang melihat secara langsung benar-benar dibuat takjub dan tak berkedip saking cepatnya dan semua begitu teratur, terstruktur, seperti mesin. Sayangnya, di lantai dua ini kita tidak boleh mengambil gambar, jadi buat kalian yang penasaran, kalian harus dateng sendiri kesini ya. Puas menyaksikan kesigapan para pekerja, aku dan mami tak lupa berbelanja souvenir yang ada di lantai 2.

Waktu Buka Museum House of Sampoerna

Museum House of Samperna buka dari hari Senin sampai Minggu dari pukul 09.00 sampai 22.00 WIB dengan tarif masuk gratis.

Fasilitas di Museum House of Sampoerna

Tentunya museum ini memiliki fasilitas umum seperti toilet bersih, taman, dan juga cafe (terletak di bagian luar museum). Namun ada satu yang menarik.

Apa itu ?

Disini kita bisa naik bis wisata gratis ! Waaaaah asiknya ! Sayang waktu aku kesini, belum bisa mencoba fasilitas ini karena seat yang kosong adanya yang keberangkatan terakhir dan itu lumayan lama dari waktu kedatanganku. Sedangkan aku masih memiliki destinasi lain yang ingin kudatangi. Buat kalian yang mau naik, paling aman registrasi dulu ya atau daftar walk in sepagi mungkin.

Info Tentang Surabaya Heritage Track

Ada 3 tahap pemberangkatan bus, untuk weekend:

    Jam 09.00 wib dengan rute: Balai Pemuda, Balaikota, dan De Javesche Bank
    Jam 13.00 wib dengan rute: Tugu Pahlawan, GNI (Gedung Nasional Indonesia), dan PTPN XI.
    Jam 15.00 wib dengan rute: Eks Keraton Surabaya, Balaikota, dan Cak Durasim.

Sedangkan jadwal bus weekdays:

    Jam 09.00 wib dengan rute: Tugu Pahlawan dan PTPN XI
    Jam 13.00 wib dengan rute: Klenteng Hokan Kiong dan Escompto Bank
    Jam 15.00 wib dengan rute: Kantor pos Kebon rojo, Gereja Kepanjen, dan De Javesche Bank.

Untuk reservasi hanya dibatasi 10 seat saja, selebihnya disediakan untuk walk in ya teman-teman.

Katanya, selama hampir 1,5jam - 2 jam kita akan diajak berkeliling sejumlah lokasi bersejarah sambil dipandu seorang pemandu yang akan bercerita mengenai sejarah singkat gedung yang kita kunjungi atau kita lewati. Pemandu ini menjelaskan dalam 2 bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Titik keberangkatan dan juga titik akhir pemberhentian ada di museum ini. Duh, semoga lain kali ada kesempatan buat nyobain naik bis ini keliling Surabaya deh.

Jumat, 22 Juli 2016

Naik Merapi Nggak Ngeri Kok

11.20 0 Comments
Sebagai warga asli Jogja, sejak kecil aku sudah terbiasa melihat pemandangan 2 buah gunung yang berdampingan di sisi utara Jogja. Mereka adalah Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Gunung Merapi merupakan gunung yang cukup terkenal karena gunung tersebut masih aktif bahkan hingga saat ini. Tak sekalipun terpikirkan di benakku bahwa suatu saat aku akan benar-benar mendaki gunung ini hingga ke puncaknya. 
Ritual pagi hari di gunung, minum segelas teh atau kopi panas 
Mengapa demikian ? Karena di keluargaku tidak ada satu saudarapun yang suka dengan kegiatan alam yang dulu dianggap cukup ekstrim ini. Sekarang, seiring perkembangan zaman, mendaki gunung dianggap mudah seperti hiking biasa dimana semua orang bisa melakukannya. 

Gunung Merapi memiliki ketinggian 2.930 mdpl. Awalnya terdapat 3 jalur pendakian, yaitu via Selo, Babadan dan jalur Kineharjo. Namun sejak erupsi pada tahun 2010 silam, jalur Babadan dan Kineharjo sudah tidak dipakai lagi dan yang tersisa tinggal via New Selo.

Desa Selo (1.560 mdpl) saat ini menjadi gerbang pendakian utama. Desa Selo terletak dipelana Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Desa ini mempunyai panorama alam yang indah karena letaknya yang strategis dan sebagian besar penduduknya bertani sayuran dan tembakau. Untuk  mencapai desa Selo para calon pendaki dapat melewati jalur Muntilan atau bisa juga lewat Boyolali. 

Rute ke Basecamp Merapi - New Selo dari Jogja : 

Dari Yogyakarta - ke arah Magelang - menuju pasar Muntilan - pelan-pelan hingga melihat klenteng di sebelah kanan jalan - masuk ke jalan didekat klenteng - ikuti terus jalan itu sampai menemukan desa Selo.

Waktu itu aku dan temanku memutuskan untuk menuju basecamp melalui jalur Boyolali yang jalurnya searah dengan basecamp Merbabu. Nama basecamp Merapi via New Selo adalah Barameru. Basecamp ini adalah sebuah rumah dimana terdapat ruang aula yang cukup luas untuk menampung pendaki yang ingin beristirahat, baik sebelum atau setelah melakukan pendakian. Disini kalian juga bisa membeli aneka souvenir berupa pernak - pernik gunung Merapi seperti stiker, gantungan kunci, bahkan kaos bergambar gunung Merapi dengan kisaran harga 3000 - 50.000 rupiah. Jangan lupa mempersiapkan perbekalan air dari sini karena sepanjang pendakian tidak akan ada sumber mata air.

Waktu itu kami sampai di basecamp sekitar pukul setengah 8 malam dan hujan. Belum naik aja hujan, kebayang dong mau jalan aja udah males duluan. Kami memutuskan untuk menghangatkan diri dulu di sebuah warung dengan membeli segelas teh panas dan tempe mendoan yang masih panas karena kami nungguin tempenya digoreng, hehe.

Sekitar jam 9 malam kurang kami mulai berangkat mendaki. Hujan...dan ini gunung Merapi yang katanya nanjak terus dengan sedikit bonus. Glek !

Baiklah.... elus-elus dengkul dulu, 

Oh ya aku sempat membaca tentang rincian lama  pendakian Merapi  Via New Selo, konon pendakian hingga Pasar Bubrah memakan waktu kurang lebih 5 jam dengan rincian sebagai berikut :

1. Basecamp – New Selo (20 menit)
Jalur masih berupa jalan aspal yang menanjak dengan waktu tempuh kira-kira 20 menit  hingga menemukan bangunan seperti rumah joglo yang biasa digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan sekitar dan ada tulisan New Selo yang cukup besar ala-ala tulisan Hollywood.

2.  New Selo – Pos I (2 jam)
Disini kita menyusuri jalan setapak dari cor beton melewati ladang penduduk dengan medan batuan kecil dan tanah yang pada musim kemarau akan sangat berdebu. Kalau mendaki pas musim kemarau, sebaiknya menggunakan masker dan baju lengan panjang. Banyak terdapat percabangan jalur di sepanjang trek pendakian, tapi berujung pada jalur yang sama jadi jangan khawatir. Katanya di pos I ini terdapat sebuah tugu yang letaknya berada di sebuah punggungan, tingginya sekitar 1,5 meter. Tapi berhubung kami lewat di malam hari jadi nggak keliatan.

3.  Pos I – Pos II (1 jam) 
Dari Pos I ke pos II jalurnya curam dan penuh bebatuan besar. Lumayan lah buat manasin kaki.

4.  Pos II – Watu Gajah (1 jam) 
Disebut demikian karena nantinya kalian akan melwati area yang dipenuhi dengan batu-batu raksasa seukuran gajah. Kalau udah sampai sini, perjalanan tinggal sebentar lagi hingga ke Pasar Bubrah. FYI batunya emang gede banget dan ditengah jalan. 

5.  Watu Gajah – Pasar Bubrah (20 menit kalau nggak pakai berhenti) 
Melewati jalur ini adalah bagian yang paling melelahkan bagiku karena sekeliling hanya batuan dan pasir. Terlebih jalannya menanjak terus tanpa bonus dan mata udah mulai ngantuk. Dingin, capek, dan medan berpasir. Pastikan untuk memakai alas kaki yang nyaman dan kalau perlu gunakan pelindung pada sepatu supaya pasir tidak mudah masuk (gaiter). Pada titik ini aku beneran hampir nyerah gara-gara mata udah mau merem, jadi nggak terkumpul semua nyawanya. Belom lagi bawa tas carrier di punggung yang bikin semuanya makin komplit. Kalo aja nemu tempat landai pasti aku udah tiduran trus mager sekalian. Tapi apa daya, full tanjakan sampe atas jadi nggak bisa berhenti.

Nah di titik sebelum memasuki area pendirian tenda, ada beberapa memoriam yang berada pada sebuah dataran (yang menjadi puncak sebuah punggungan) untuk mengenang para korban yang meninggal di gunung ini. Dari sini kami tinggal turun menuju pasar Bubrah. Alhamdulillah sampai juga. 

6.     Pasar Bubrah – Puncak (1 jam)
Tenda warna-warni milik para pendaki
Setibanya di Pasar Bubrah, hal pertama yang harus kalian lakukan adalah mencari lokasi yang nyaman untuk mendirikan tenda. Pastikan membersihkan area dari batu-batu kecil yang berserakan supaya ketika tidur punggung kalian merasa nyaman. Bahkan udah pakai matras aja masih kerasa kok batuan-batuan kecil di bawah tenda. 

Paginya setelah beres-beres dan bersihin muka ala kadarnya, kami bersiap untuk menuju ke puncak. Nggak ada foto sunrise karena kami bukan pengejar sunrise ketika di gunung, tapi kalau dapet ya Alhamdulillah.
Ngeteh dulu
Para pengejar puncak. Jangan ditiru ya.
Perlu diketahui bahwa pendakian hanya diizinkan hingga Pasar Bubrah saja. Jadi tidak disarankan hingga ke puncak karena Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang masih aktif sehingga asap yang keluar dari puncaknya cukup panas dan berbahaya jika dihirup terlalu lama.

Perjalananku menuju puncak nyatanya tidak memakan waktu hingga satu jam. Ritme pendakian kami waktu itu adalah naik 3 turun 1, maksudnya naik 3 langkah, melorot ke bawah mungkin sekitar 1 langkah karena medannya yang berpasir jadi wajar kalau melorot-melorot melulu. Pastikan kaki kalian dilindungi dengan gaiter biar tidak mudah kemasukan pasir saat melangkah.
Langit di puncak Merapi yang biru bersih tanpa awan. Masya Allah cantiknya.
Cukup lama kami berada di atas, mungkin hampir satu jam. Bukan apa-apa sih, tapi pemandangan dari atas sini sungguh luaaaar biasa. Langit biru yang bersih, angin yang berhembus sepoi-sepoi, pendaki yang hilir mudik dan naik-turun tanpa henti, juga gunung Merbabu yang berada di seberang kami pun sedang cantik-cantiknya. Siapa yang nggak betah dengan pesona alam yang seperti itu. Maunya bisa diliat tiap pagi deh!

Oh iya, aku juga melihat ada salah satu batu tinggi menjulang yang dikenal dengan puncak tusuk gigi yang merupakan puncak tertinggi saat ini. Waktu liat di akun media sosial sih sempat berpikir, "Wah keren banget nih! Pengen naik ah!" Tapi pas melihat batu itu secara langsung, aku sadar bahwa nyawaku lebih berharga dibanding "foto hits" di dunia maya (karena batunya tinggi meruncing dan kalau salah melangkah atau berpijak bisa wasalam).Tak hanya karena di bawahnya langsung bisa menuju ke kawah, batu-batuan besar pun siap menerima terlebih dahulu. Belum lagi uap panasnya yang makin siang makin mengepul. Duh makasih deh. Mau nikah dulu.

Ya, gunung ini memang sangat berbahaya karena menurut catatan ia mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali. Gunung Merapi dikenal pula sebagai salah satu gunung api yang mempunyai daya rusak yang tinggi dan paling aktif diantara sekian banyak gunung api yang terletak di Indonesia. Nama puncaknya adalah puncak Garuda yang kini telah hilang karena letusan Merapi pada tahun 2010 silam.

Jadi gimana ? Mau naik Merapi juga?

Selasa, 12 Juli 2016

Langit Biru di Bukit Jaddih, Madura

13.16 0 Comments
Bukit Jaddih, rumputnya hijau, anginnya sepi-sepoi, langitnya biru, tapi tetep aja panas
Setelah sore kemarin aku dan Sari pergi ke hutan mangrove Wonorejo, hari berikutnya Sari berjanji untuk mengantarku ke Bukit Jaddih di Madura. Udah jemput di stasiun jam dini hari, ngasih tumpangan buat tidur gratis, masih nemenin makan dan keliling-keliling Surabaya selama 2 hari. Super baik ! Thankyou Sari !

Berhubung kemarin di resepsi temanku yakni Adjung dan Donna kami bertemu banyak orang, lumayan hari ini jalannya bisa rame-rame bareng Bang Yos, temen bang Yos, Sari, dan juga Basri. Kami janjian buat ketemu di deket jembatan Suramadu. Janjiannya jam 8 pagi, tapi kami (aku, Sari, dan Basri) telat sedikit karena kami sarapan soto lamongan dulu dekat lokasi janjian.
Melintasi jembatan Suramadu
Setelah selesai dan ketemu dengan Bang Yos dan temannya barulah perjalanan dimulai. Melintasi jembatan Suramadu menggunakan sepeda motor teryata gratis alias tidak dipungut biaya sepeserpun. Dulu sih pernah lewat jembatan ini juga tapi naik mobil dan dikenai tarif melintas sebesar Rp 30.000 per kendaraan.
Selamat datang di Madura

Cara Menuju Bukit Jaddih, Madura

Akses menuju Bukit Jaddih bisa dicapai dengan sepeda motor ataupun mobil. Namun harap hati-hati karena jalur menuju Bukit Jaddih cukup susah dan lumayan terjal. Oh iya katanya kalau kalian menuju Bukit Jaddih di Madura dengan sepeda motor, sebaiknya mengambil jalur alternatif lewat jalan raya Labang jadi nggak perlu memutar melewati Kota Bangkalan terlebih dahulu. Berhubung kemarin Sari ragu-ragu karena takut nyasar, kami melewati Kota Bangkalan yang ada petunjuk arahnya. Tapi kalau kalian mengendarai mobil, mending lewat kota Bangkalan aja biar aman atau kalau mau tetap melewati jalan alternatif (jalan raya Labang) siap-siap aja dengan medan yang terjal.

Info Seputar Bukit Jaddih, Madura

Terletak di Kecamatan Socah, Desa Jaddih Kabupaten Bangkalan Madura-Jawa Timur ini berjarak 10 kilometer dari pusat kota kabupaten Bangkalan. Bukit Jaddih sebelumnya adalah daerah penambangan kapur yang telah menjelma menjadi salah satu obyek wisata baru yang cukup ramai dikujungi wisatawan karena menyajikan pesona keindahan dan keunikan yang mampu menyegarkan mata.

Jika dilihat, kawasan ini mirip dengan Tebing Breksi di daerah Prambanan, Yogyakarta karena disini kalian akan melihat bongkahan atau guratan-guratan kapur putih yang berukuran raksasa. Karena ditambang, tebing-tebing kapur ditempat ini tidak terbentuk secara alami melainkan akibat dari pahatan para penambang kapur.

Setelah melewati jalan yang cukup menanjak dan gua-gua mini yang terbentuk akibat penambangan kapur, kalian akan sampai di atas bukit. Beruntung saya datang setelah musim hujan sehingga saya dan teman-teman dapat bersantai sejenak sembari  menikmati hamparan bukit hijau yang luas.
Ngadem dulu di bawah pohon. Lain kali kalau kesini harus bawa payung atau topi.
Keseluruhan pemandangan dari puncak bukit
Di sisi utara bukit Jaddih terdapat sebuah pemandian alami yang berada di tengah-tengah bukit kapur yang biasa disebut dengan ”Aeng Goweh Pote”. Dalam bahasa madura berarti Air Gua Putih. Pada mulanya pemandian ini merupakan bekas lubang galian tambang kapur yang kemudian memancarkan mata air secara alami sehingga pemerintah daerah setempat melakukan renovasi tempat ini dan menjadikannya sebuah kolam renang. Melihat hamparan batu kapur kemudian ada kolam di tengahnya ibarat oase di tengah padang gurun. Bagi kalian yang ingin menikmati sensasi berenang ditengah bukit kapur ini cukup membayar Rp 10.000 saja.
Langitnya masih biru meski sudah jam 12 siang lebih
Oh iya, karena kawasan bukit kapur Jaddih masih dijadikan lokasi penambangan aktif hingga sekarang, kemungkinan terjadinya longsor sangat besar. Selain itu di kawasan tebing terdapat banyak alat berat juga kendaraan besar yang berlalu-lalang sehingga kalian harus tetap berhati-hati dan waspada.

Harga tiket masuk Bukit Jaddih, Madura :

Tiket masuk ke Bukit Jaddih  Rp 2000 per orang
Biaya parkir Bukit Jaddih Rp 5000








Selasa, 05 Juli 2016

Masjid Agung Jawa Tengah Rasa Nabawi

19.12 0 Comments
Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah terlihat dari menara Al Husna
Pagi itu setelah sahur, kakak yang hari itu sedang libur mendadak mengusulkan kepada Ibu untuk pergi ke Semarang tepatnya Masjid Agung Jawa Tengah dan menunaikan ibadah shalat Jumat disana. Katanya setiap hari Jumat dan hari besar keagamaan payung tersebut dibuka. Mami sih jelas setuju-setuju aja karena beliau suka kalau sudah diajak piknik. Adik yang sudah libur sejak minggu lalu dan terlahir sebagai bungsu hanya bisa pasrah dan selalu mengikuti suara terbanyak.