Follow Me @rezadiasjetrani

Senin, 17 Februari 2020

Bhumi Merapi, Wisata Ramah Anak di Jogja

00.05 0 Comments
Bukan Jogja namanya kalo nggak punya wisata baru setiap saat. Saking banyaknya, kayaknya muterin Jogja sebulan juga nggak cukup.

Kali ini, aku dan Saga liburan ke Bhumi Merapi. Lokasinya ada di Kaliurang KM. 20, Sawangan, Hargobingangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Buka setiap hari dari jam 08.30 sampe jam 17.00 WIB. Enaknya kesini pagi atau sore sekalian. Kalo siang, haduuuhhh panas banget 😩.

Sekilas Tentang Bhumi Merapi

Dibangun pada tahun 2015 silam dengan luas 5,2 hektar, Bhumi Merapi menawarkan konsep pertanian, perkebunan, dan peternakan. Jadi, selain liburan kita juga bisa dapet banyak ilmu. Udara yang sejuk dan suasana asri yang nyaman, sebenernya bikin pengunjung betah berlama-lama.  Tapi kalo lagi panas, ya lumayan juga bikin keringetan. Destinasi ini termasuk cocok untuk wisata keluarga. 

Sama kayak tempat-tempat wisata lainnya, mau masuk kudu bayar ya. Harga tiket masuknya Rp 20 ribu per orang, udah termasuk tiket bermain, menikmati wahana yang tersedia, dan juga segelas susu sapi yang bisa ditukar di dekat area berkuda dan tempat ngasih minum anak kambing.

Bisa Ngapain Aja di Bhumi Merapi?

Identik dengan wisata edukasi, taman rekreasi ini menyediakan tempat belajar budidaya hewan buat pengunjung. Ada domba, kambing, dan kelinci. Kambing yang dipelajari adalah jenis kambing Etawa. Berhubung Saga juga belom ngerti, aku cuma lewat sekilas aja dan foto-foto bentar.

Banyak juga aneka kandang hewan dari mulai luwak, reptil dan ikan, burung hantu, burung merpati. 
Kandang luwak kopi di Bhumi Merapi
Kandang kelinci.
1. Memberi Makan Hewan 
Kegiatan yang bisa dilakukan diantaranya adalah memerah susu kambing, memberikan susu dot bagi anak kambing, mengolah susu untuk dijadikan yoghurt dan ice cream, pengolahan pakan ternak, dan pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk organik dan biogas.
Domba yang mirip kambing gembel nggak sih?
2. Berkuda
Kita juga bisa naik kuda keliling area peternakan sambil ditemani oleh petugas. Jadi bukan naik kuda sendiri secara bebas ya. Eh aku nggak tau ini bayar lagi apa enggak. Kemarin nggak nanya :( 

3. Berfoto di banyak spot foto
Di sekitar kandang, ada sejumlah spot foto seperti tulisan Bhumi Merapi, gerobak bunga, hamparan rumput dengan burung merpati yang mencari makan dengan bebas di sekelilingnya, ada juga rumah kayu kecil dan rumah hobit.
Rumah hobit, spot foto favorit anak-anak nih.
Beranjak sedikit ke belakang rumah hobit, kita bisa memasuki area foto yang didesain seperti di luar negeri. Ada jalanan dengan dinding, jendela dan pintu warna-warni seperti di Singapura, bangunan kayu khas Switzerland, dan yang paling favorit adalah bangunan biru putih khas Santorini.

BACA JUGA : Modal Rp 30 Ribu Bisa ke Santorini

BACA JUGA : Pengen Liat Malioboro Sepi, Datang Aja di Hari Selasa Wage

Untuk masuk ke area ini, kita harus bayar lagi Rp 10 ribu. Kita juga bisa menyewa baju khusus seharga Rp 20 ribu dengan durasi 1 jam.
Bisa sewa baju buat foto-foto.
Kalo pengen berfoto dengan puas, usahakan datang di hari biasa. Soalnya kalo di akhir pekan dan hari libur, sudah pasti antri dan penuh pengunjung. Jangan sebel kalo ntar foto kalian bakal bocor dimana-mana.
Kalo sepi gini enak, nggak bocor fotonya.
4. Outbond
Dari yang kubaca, ada paket outbond disini. Tapi karena aku nggak berkepentingan, ya aku nggak nanya juga. Maaf ya 😅.

Harga Tiket Agrowisata Bhumi Merapi
Sama seperti tempat-tempat wisata lainnya, Agrowisata Bhumi Merapi ini juga membebankan tarif untuk masuk ke dalam lokasi. Harga tiket yang ditawarkan Rp20.000/ orang sudah termasuk bermain di semua wahana yang tersedia.

Jam Buka Bhumi Merapi
Buka dari jam 08.30 dan tutup jam 17.00 di setiap hari.

Fasilitas Agrowisata Bhumi Merapi
Mushola, parkir kendaraan luas, toilet, restoran, tempat beristirahat, tempat oleh-oleh, dan area outbound.

Lokasi dan Kontak
Jln. Kaliurang KM. 20, Sawangan, Hargobingangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582.

Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi sosial media Instagram @agrowisatabhumimerapi atau telpon ke nomor 0816680515.

Minggu, 16 Februari 2020

Ke Santorini Cuman Modal Rp 30 Ribu? Bisa!

21.17 0 Comments
Hah??? Ke Santorini di Yunani cuman modal Rp 30 ribu? Yang bener?
Iya...beneran. Nggak boong. Cukup dengan duit Rp 30 ribu aja, kita udah bisa foto-foto cakep di Santorini.
Buat kalian yang di Jogja, cukup berkendara lewat jalan Kaliurang sampai di km 20, terus cari aja petunjuk jalan bertuliskan BHUMI MERAPI, terus setelah pintu masuk, ikutin jalan setapak aja dan sampe deh di Santorini 😅😅😅. Tiruannya dulu ya, mayan buat foto-foto.

Wuuu...kirain Santorini di Yunani beneran. 😂.

Hehehe, ya enggaklah. Kalo ada aku juga mauuuuu 😅. 

Jadi hari Selasa, 11 Februari 2020 kemarin aku, Saga, mami dan adek pergi ke Bhumi Merapi. Terletak di daerah Pakem, tepatnya di Jalan Kaliurang KM. 20, Sawangan, Hargobingangun, Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, tempat wisata  ini buka setiap hari dari jam 08.30 sampai jam 17.00 WIB.

Buat cerita lengkap ada apa aja disini, kalian bisa baca tulisan aku sebelumnya dengan klik judul di bawah ini. 
Setelah bayar Rp 20 ribu dan masuk ke area untuk edukasi anak-anak, sampailah kita di area tengah yang ada rumah hobitnya. Keliatan dah tu ada bangunan biru putih ala pedesaan di Santorini, Yunani sana. Kirain udah nggak perlu bayar lagi, taunya harus bayar lagi Rp 10 ribu buat masuk kesini. Oalaaah....

Karena emang niatnya mau foto kesini, ya bayar lagi lah kami. 

Pas masuk, lumayan rame sih. Ada sekitar 10 pengunjung lain, jadi fotonya gantian aja saling pengertian. Jangan bikin bocor foto orang lain pokoknya dan jangan lama-lama di 1 spot. 

Kirain gede, taunya kecil. Nggak kebayang kalo pas penuh gimana mau foto 😅.

Tapi untuk harga Rp 10 ribu udah amat sangat worth it kok. Belum lagi semua sudut bersih tanpa sampah. Duuuhhh seger banget mata kalo nggak liat sampah dan nggak ada coretan sama sekali. Semoga bisa bertahan kayak gitu terus ya. 

Di area ini selain Santorini, ada jalanan dengan dinding, jendela dan pintu warna-warni kayak di Singapura, bangunan kayu khas Switzerland, box telpon nerah ala UK dan yang paling favorit adalah bangunan biru putih khas Santorini ini sih. 







Agrowisata Bhumi Merapi 

Harga Tiket: Rp 20.000 
Jam Buka: 08.30 - 17.00 WIB 
No. Telepon: 0816680515 
Alamat: Jl. Kaliurang KM.20, Sawangan, Hargobinangun,Pakem,Sleman,DI Yogyakarta,Indonesia,55582

Kamis, 13 Februari 2020

Sisa-Sisa Benteng Fort Willem I yang Nyaris Terlewatkan

21.21 0 Comments
Bagian dalam Benteng Fort Willem I
Jika berkendara dari Yogyakarta atau Magelang menuju Semarang, aku selalu melewati Ambarawa. Tak terhitung sudah berapa puluh kali aku lewat, tapi baru-baru ini aku menyadari ada sebuah benteng yang terlihat dari tepi jalan. Benteng itu adalah Benteng Fort Willem I atau lebih dikenal dengan nama Benteng Pendem Ambarawa, yang berlokasi di Lodoyong, Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah.

Sungguh disayangkan ternyata tak banyak yang menyadari keberadaan benteng ini, aku salah satunya. Bisa dibilang keberadaannya nyaris terlewatkan.

Konon, Benteng Pendem dibangun pada tahun 1834 dan selesai 1845. Lokasinya tak jauh dari  Museum Kereta Api atau di belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa dan berada di kompleks Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Ambarawa.

Pada tahun 1840-an ketika VOC berkuasa di Jawa, Ambarawa bisa dikatakan titik sumbu strategis antara Semarang dan Surakarta. Pada awal abad 18, VOC membangun benteng benteng di sepanjang jalur Semarang– Oenarang (sekarang Ungaran) – Salatiga – Surakarta (Solo).

Untuk menuju kesini, dari jalan utama kita tinggal mencari jalan kecil beraspal dan mengikuti jalan. Tak ada petunjuk berarti sehingga aku mengandalkan aplikasi peta  di handphone dan bertanya ke warga sekitar. Jalannya sendiri aspal mulus yang bisa dilalui mobil. Nantinya pengunjung harus memarkirkan mobilnya di tepi sawah atau rumah warga kemudian berjalan kaki menyusuri jalan setapak selama 5 menit. Jika kalian naik sepeda motor, kalian bisa parkir tepat di samping retribusi yang dikelola warga.

Pintu masuk menuju Benteng Fort Willem I
Tiket masuk ke benteng ini hanya Rp 5 ribu rupiah per orang. Kita bisa berfoto dengan latar belakang reruntuhan benteng yang masih nampak kokoh meski sebagian sudah mulai runtuh disana-sini. Meski terdiri dari 2 lantai, kita tidak diperbolehkan naik ke lantai 2 ya. 
Meski dilarang, tetap ada yang naik ke lantai 2.
Bangunan di lantai 2 nampaknya digunakan untuk tempat tinggal, terlihat dari banyaknya jemuran pakaian dan juga barang-barang rumah tangga yang ada di sejumlah sudut. Sedikit disayangkan karena bangunan ini jadi nampak kumuh.
Lantai 2 nampaknya dipakai sebagai rumah tinggal.
Sejumlah coretan dari tangan-tangan jahil pun membuatku merasa miris sekaligus gemas. Banyak tulisan dengan spidol di tembok maupun tangga yang sebenarnya tak perlu ditinggalkan para wisatawan.

Berjalan sedikit ke belakang, ada mushola dan juga sumur yang bisa digunakan untuk berwudhu. Warga sekitar juga terbiasa berlalu lalang melalui benteng ini karena banyak sepeda motor warga yang keluar masuk. Sepertinya ada jalan tembus di bagian belakang meski aku tak tahu kemana arahnya.

Setiap sudut di Benteng Pendem pun menarik dijadikan sebagai obyek foto. Reruntuhan bangunan, tembok 'jadul' yang sudah berlumut, hingga lorong benteng yang eksotis, sangat menarik sehingga banyak anak muda yang datang kesini untuk berfoto guna diposting di media sosial mereka.

Bagi kalian yang ingin datang ke Benteng Pendem, pastikan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian benteng ini dengan membuang sampah pada tempatnya dan tidak melakukan aksi vandalisme ya.

Xoxo, 
Jetrani



Sabtu, 01 Februari 2020

Camping di Ranca Upas Bersama Bayi 6 Bulan, Why Not?

22.56 1 Comments
Memberi makan rusa di Ranca Upas
Nggak pernah kepikiran kalo akhirnya bakal ngajak Saga camping di usianya yang masih 6 bulan. Camping beneran di alam terbuka, bukan camping bangun tenda di dalem rumah buat tipu-tipu bayi 😅.

Sebenernya camping kali ini justru nggak direncanain. Dadakan H-1. Jadwalnya sih Saga ke Cilegon minggu itu, tapi malem sebelum jemput Saga ke Pamulang, akungnya telpon kalo nggak jadi jemput. Beruntung temen mas X yaitu Ican, Inez istrinya dan Alema bayi mereka mau ke rumah pinjem tenda. Pas bilang kami free, kami pun diajak serta.

Kami berangkat dari Pamulang jam 18.30. Malem amat yak 😅. Niatnya sih biar sampe sana tinggal bangun tenda, makan, tidur. Kami sampe Ciwidey jam 11 an malem. Udah super ngantuk tapi laper. Abis bangun tenda, makan malem, berusaha nidurin Saga yang malem itu begadang, kami pun tidur.

Baca Juga : Camping di Ranca Upas Ciwidey

Ciwidey emang jauh kalo dari Jakarta. Butuh waktu sekitar 4 jam. Berlokasi di Bandung Selatan, Ranca Upas nggak jauh dari Kawah Putih. Oiya, namanya sekarang adalah Kampung Cai Ranca Upas. Ditambah Kampung Cai di depannya, karena udah dibangun kolam renang air panas yang bersumber dari gunung Patuha dan fasilitas lain yang lebih lengkap.

Camping di Alam Bebas untuk Bayi, Amankah? 

Tergantung. Camping dimana dulu. Ranca Upas sendiri cukup dingin. Suhunya bahkan bisa mencapai 0 derajat Celsius di malam hari dan 17-20 derajat di siang hari. Ini dikarenakan kawasan ini berada di ketinggian kurang lebih 1.700 m dari permukaan air laut. Pas kami camping di sini, suhu malam itu mencapai 5 derajat celcius. 

Enaknya, Ranca Upas sendiri punya area yang luas dan tanahnya datar. Kita bisa bangun tenda nggak jauh dari tempat parkir mobil. Sebenernya sih area parkir sama area camping terpisah. Tapi karena udah malem dan kami liat banyak mobil jejer-jejer dan pada bangun tenda di samping mobil, kami pun ikutan. Terus bangun tenda di sebelah mobil persis. Jadi kalo tiba-tiba ujan atau terjadi hal yang nggak diinginkan (misal para bayi cranky), ya tinggal ngungsi masuk mobil. Bayinya ada dua, Saga 6 bulan, Alema umur 10 bulan. 
Saga siap tempur 😅
Ternyata nggak mau langsung tidur. Saga ikut pesta api unggun + makan malem
Berikut ini barang-barang yang aku bawa buat camping sama Saga dan mas X di Ranca Upas, Ciwidey :
1. Tenda
2. Matras
3. Kursi lipet
4. Kasur angin (tiup)
5. Bantal
6. Selimut hangat, sleeping bag
7. Jaket tebel dan baju tidur hangat buat Saga
8. Alat masak : kompor, nesting, tabung gas
9. Makanan : nasi, ayam, aneka bumbu, terus udah iuran berjamaah buat barbekiuan dengan menu sosis, daging, dan malemnya bikin suki. Bawa roti sama coklat juga buat cemilan manis di pagi hari.
10. Minuman : teh, kopi, susu, gula
11. Alat-alat makan : gelas, piring, sendok, dll
12. Kayu bakar (beli di Ranca Upas Rp 15 ribu per ikat)
13. Alat mandi dan alat ibadah (kamar mandi banyak dan bersih). Jangan khawatir soal buang air pokoknya
14. Baju ganti + handuk
15. Kantong kresek buat sampah
16. Charger, power bank, lampu emergency buat di dalem tenda.

Kurang lebih sih itu. Camping sehari sama seminggu kayaknya sama ya bawaannya, banyaaaak 😂. Maklum, bawa bayi. Jadi mending rempong tapi nyaman. Makanya, saranku ya harus naik mobil biar semua printilan bisa kebawa. 

Kalo nggak bawa perlengkapan untuk camping, jangan khawatir karena ada tempat penyewaan alat-alat perkemahan kayak sleeping bag dan tenda. Jangan lupa beli kayu bakar karena emang dingin sih disini. 

Di Ranca Upas belum ada wahana glamping.  Kalo misalnya ada, enak banget sih tinggal bawa diri, baju, dan DUIT 😂.

Ke Penangkaran Rusa

Paginya, abis shalat Subuh dan sikat gigi, kami berserta para bayi pergi ke penangkaran rusa yang dibiarkan hidup bebas di alam liar.



Rusa-rusa ini dibatasi oleh kandang yang besar. Jenisnya adalah rusa jawa atau Cervus timorensis yang statusnya dilindungi oleh negara.

Buat masuk kesini gratis kok. Nggak perlu bayar. Tapi kalo mau ngasih makan, kita harus beli wortel di pintu masuk seharga Rp 10 ribu per ikat. Wortel ini bikin para ruda mendekat dan gampang buat diajak foto. 



Rusa-rusa ini udah jinak, jadi setiap orang bisa berinteraksi dengan makhluk yang bertanduk indah ini, meski tetap harus berhati-hati. Kalo liat wortel, dijamin kalian langsung dikerubungi para rusa yang rebutan mau makan wortel.

Sarapan di Ranca Upas

Banyak penjual makanan di area Ranca Upas. Jadi nggak perlu khawatir kelaperan. Selain banyak warung, ada juga yang keliling. Sebenernya sih bisa dibilang fasilitas disini udah komplit plit plit. Tapi karena kami tipe yang well prepared (ahzeek) , kami bawa makanan sendiri. Eh jajan disana juga boleh lho, sekalian berbagi rejeki sama warga sekitar yang jualan :). 

Kolam Air Hangat 

Selesai sarapan dan main-main, aku, Saga dan mas X memutuskan buat berenang. Tepatnya sih berendam, soalnya aku males berenang 😅. Tiket masuknya Rp 20 ribu per orang. Anak bayi nggak dihitung jadi bayar buat 2 orang aja. Meski katanya air panas, tapi ternyata airnya anget doang. Apalagi kolam yang di atas, airnya dingin 😩.
Ada perosotannya. Tapi kami nggak nyoba 
Saga berendam sambil nungguin ember tumpah.
Kolamnya ada 2 area, buat anak-anak di bagian bawah, dewasa di atas. Nah, kolam anak sih cukup anget, TAPI KOTOR, DUH! Di pinggirnya banyak rontokan daun. Nggak tega mau nyemplungin Saga kesitu. Akhirnya kami berendam di atas, meski airnya emang lebih dingin. 

Untung tempat mandi dan bilasnya bersih. Ada loker juga buat naro barang berharga. Selesai berendam, bilas Saga, kami pun kembali ke tenda dan makan siang.

Abis makan siang, Saga dan Alema tidur siang dulu.
Si bos lelah
Baru siap balik ke Pamulang jam 4 sore. Alhamdulillah camping kali ini berjalan lancar dan bikin nagih! Total pengeluaran kami adalah Rp 172 ribu per orang. Detilnya yaitu: 

Mobil : 30 ribu/ orang
Htm : 15 ribu/ orang
Camping : 10 ribu/ orang
Parkir : 2 ribu/ orang
Bensin : 50/orang/ mobil
Tol : 40 ribu /orang/ mobil
Bbq : 25 ribu/ orang
Total = Rp 172 ribu/ orang

Jadi biaya itu udah termasuk perjalanan PP Pamulang - Ciwidey ya. Bisa jadi gambaran buat yang mau liburan ke sana bawa anak bayik 😘.

Nggak sabar buat petualangan di alam berikutnya. Rencana sih camping di hutan pinus di Jogja. Semoga aja kesampean 😍. 

Buat detil tiket masuk Ranca Upas dan yang lainnya, bisa kalian baca disini ya. 

XOXO,
JETRANI



Pengalaman Camping di Ranca Upas Ciwidey

01.00 0 Comments
Seperti yang udah aku tulis di blog sebelumnya, aku, Saga, mas X dan teman-teman kami camping di Kampung Cai Ranca Upas, Ciwidey, Bandung. Ini adalah pengalaman pertamaku juga dateng ke Ranca Upas.

Ciwidey di Bandung Selatan memang terkenal punya banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya yaitu Ranca Upas atau Kampung Cai Ranca Upas.
Dulu, nama awalnya adalah Bumi Perkemahan Ranca Upas dan dikelola oleh Perum Perhutani. Kini, telah dibangun kolam renang air panas yang bersumber dari gunung Patuha serta fasilitas lain yang lebih lengkap dan diberi tambahan nama Kampung Cai di depannya.

Hal itu dikarenakan Ranca Upas memang memiliki kelebihan dibanding tempat-tempat lain, yaitu hamparan padang rumputnya yang datar dan luas sehingga bisa menampung banyak orang.

Sekilas Tentang Ranca Upas

Kampung Cai Ranca Upas adalah salah satu bumi perkemahan paling terkenal di Bandung, Jawa Barat. Obyek wisata ini berada satu rangkaian dengan Patuha Resort, Kawah Putih dan Cimanggu yang semuanya berada di Ciwidey.

Ranca Upas terletak di ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut. Suhu disini bisa mencapai 0 derajat celcius ketika malam hari. Dingin banget, jadi PENTING untuk bawa baju hangat. 

Lokasi Ranca Upas

Kampung Cai Ranca Upas berada di Jalan Raya Ciwidey Patenggang KM. 11, Alam Endah, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Dari kota Bandung berjarak sekitar 50 km.

Kalau kita lewat tol, setelah keluar dari gerbang tol Soreang, belok kanan menuju Ciwidey. Sampai di pasar Ciwidey, kita tinggal menuju ke arah Rancabali atau Situ Patengan. Pakai GPS bisa kok, kemarin kami bermodal GPS dan nggak nyasar sama sekali 😍. 

Makin ke atas, akan kita temui sejumlah gerbang lokasi wisata yang dimulai dari Patuha Resort di sebelah kanan jalan, Kawah Putih di sebelah kiri, baru kemudian tidak jauh dari Kawah Putih terlihat gerbang Kampung Cai Ranca Upas di sebelah kanan jalan.

Gerbang masuk Kampung Cai Ranca Upas
Loket masuk Kampung Cai Ranca Upas
Ada Apa Aja di Ranca Upas?


1. Penangkaran Rusa

Yang membuat Kampung Cai Rancai Upas terkenal nampaknya adalah penangkaran rusa yang dibiarkan hidup bebas di alam liar.

Rusa-rusa jawa jenis Cervus timorensis ini hanya dibatasi oleh kandang yang besar. 

Rusa-rusa yang sudah jinak ini, jadi favorit untuk teman foto-foto. Bahkan banyak yang foto pre-wedding disini. Banyak juga yang datang pagi-pagi sekali hanya untuk berfoto bersama rusa, tanpa perlu camping karena Ranca Upas buka 24 jam. 

2. Camping Ground

Bagi warga Bandung terutama anak sekolah, Ranca Upas dikenal sebagai  lokasi camping ground. Lahannya yang luas konon mampu menampung hingga 10.000 orang. Saking luasnya, wisatawan bebas mau berkemah di mana saja.

Berlatar belakang gunung yang berdiri tegak, hijaunya pepohonan, beningnya air danau, hamparan padang rumput luas dan segarnya udara pegunungan seakan menjadi paket wisata lengkap.

Bagi wisatawan yang tidak membawa perlengkapan untuk berkemah, jangan khawatir karena ada tempat penyewaan alat-alat kemah seperti sleeping bag, tenda hingga kayu bakar.

3. Kolam Air Hangat

Meski disebut air panas, tapi nyatanya air yang ada di kolam hangat saja. Ada 2 kolam untuk dewasa dan anak-anak dengan kedalaman yang berbeda pula. Tersedia juga loker, tempat bilas, dan warung makan di dekat kolam.

4. Deretan Warung

Kelaparan saat camping? Jangan khawatir. Deretan warung dengan beragam menu siap memanjakan perut kita. 

5. Fasilitas Memadai 

Fasilitas yang tersedia juga cukup lengkap. Mushola, aula, toilet, tempat parkir,  dan penerangan yang cukup. 

6. Battle Archery, trek motor trail, trek sepeda.

Tiket Masuk Ranca Upas


Wisatawan domestik : Rp 15 ribu
Wisatawan Mancanegara : Rp 25 ribu 

Camping/ orang/ malam : Rp 10 ribu 
Kolam Renang : Rp 20 ribu 

Kendaraan roda 2 : Rp 5 ribu 
Kendaraan roda 4: Rp 10 ribu 
Kendaraan roda 6 : Rp 25 ribu

Kendaraan menginap per unit: 

Roda 2 : Rp 7 ribu 
Kendaraan roda 4: Rp 15 ribu 
Kendaraan roda 6: Rp 30 ribu

Kontak Kampung Cai Ranca Upas

Jln. Raya Patengan Km 11, Rancabali Bandung.

No. handphone 081321835998 atau 085221615551