a liltle selfie won't hurt |
Ceritanya, kami janjian nih buat main bareng lagi sebelum dia pindah tugas ke Riau. Akhirnya Sabtu, 17 Oktober 2016 dia menepati janjinya buat dateng ke Jogja.
Berhubung hari Sabtu aku masih kerja sampe jam 1 siang, aku pun tidak bisa menemani mas Andi dari pagi dan baru bergabung pukul 2 siang buat janjian makan siang bareng baru lanjut piknik. Setelah makan siang, kami yang waktu itu naik motor sendiri-sendiri sempet balik ke rumah buat naro motorku baru cabut lagi dengan destinasi Tebing Breksi dan Candi Ijo di daerah Kalasan. Itupun magrib harus buru-buru balik ke rumah karena jam 7 malam aku harus datang ke resepsi teman.
Kamipun segera meluncur ke Tebing Breksi. Alhamdulillah cuacanya cerah, padahal Jogja lagi sering-seringnya ujan. Pertama kali ke Tebing Breksi, lokasi ini masih jarang dikenal. Terlebih aku datang jam 6 pagi karena barusan dateng dari Surabaya dan langsung diculik kakak kesini di hari Senin. Jadi di memoriku kawasan ini sepiiiiii dan kosong karena dulu pas kesana nggak ada pengunjung lain yang datang.
Tapi sore itu ternyata SUPER RAMEEEEE karena selain weekend, ternyata lagi ada acara offroad. Mau parkir aja penuhnya Masya Allah.
Oh iya ini foto-foto pas pertama kali aku ke tebing breksi.
Sepi tanpa pengunjung kecuali kami bertiga |
Di sebelah kananku adalah Gunung Merapi |
Tebing Breksi ini terletak di daerah Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman. Kalau dari wujudnya pas awal-awal kesini bisa dibilang mirip dengan brown canyon di daerah Semarang. Paling cakep kalo kesini pada sore hari karena kalian bisa menyaksikan senja yang indah dari atas tebing.
View dari atas tebing |
TLATAR SENENG TEBING BREKSI
Foto diatas menurut info dinamakan Tlatar Seneng yang dijadikan tempat pertunjukan budaya yang berdiri di tanah kosong yang berada di area Tebing Breksi. Dulunya kawasan ini menjadi sumber mata pencaharian warga. Mereka menambang dan memperoleh pendapatan dari sana. Tapi kemudian ada larangan dari pemerintah untuk segala aktivitas pertambangan karena setelah sejumlah peneliti melakukan kajian, hasilnya, batuan kapur breksi disana ternyata adalah endapan abu vulkanik dari Gunung Api Purba Nglanggeran. Maka, kawasan ini masuk dalam cagar budaya dan harus dilestarikan. Bekas galian yang berbentuk sedemikian rupa, ternyata menarik minat sejumlah anak muda dan mengabadikannya di media sosial mereka.
Dari waktu ke waktu, pengunjung terus bertambah jumlahnya dan dari situlah warga mulai sadar akan potensi alam kawasan tersebut. Mereka melakukan pembenahan sedemikian rupa hingga menjadi tebing breksi seperti yang kita lihat sekarang. Aku pun melihat cukup banyak perbedaan dibanding ketika pertama kali datang ke tempat ini mulai dari tangga yang kini ada 2 buah (2 lokasi), dinding tebing yang dipenuhi pahatan, juga penjual makanan dan minuman yang makin banyak.
Dari waktu ke waktu, pengunjung terus bertambah jumlahnya dan dari situlah warga mulai sadar akan potensi alam kawasan tersebut. Mereka melakukan pembenahan sedemikian rupa hingga menjadi tebing breksi seperti yang kita lihat sekarang. Aku pun melihat cukup banyak perbedaan dibanding ketika pertama kali datang ke tempat ini mulai dari tangga yang kini ada 2 buah (2 lokasi), dinding tebing yang dipenuhi pahatan, juga penjual makanan dan minuman yang makin banyak.
Ketika aku dan mas Andi kesana, ternyata sedang ada komunitas pecinta burung yaitu FREE FLY COMMUNITY yang setiap Minggu (terutama hari Sabtu) berkumpul disini. Lumayan bisa main-main sama Bido (saya lupa jenis burungnya), yang jelas harga satu burung jenis ini bisa mencapai RP 5 juta . Uwaaaah . Kalo sampe kabur nggak balik gimana tuh -_-
Dibawah sebelum naik tangga, kami juga sempet selfie bareng burung hantu yang berjajar rapi diatas tiang. Biayanya tidak dipatok sekian rupiah, semua serba "seikhlasnya". Agak kasian juga soalnya burung hantu kan termasuk jenis burung nocturnal atau aktif di malam hari. Sesuai namanya, burung hantu hanya beraktifitas ketika malam tiba untuk mencari makan. Sedang di siang hari ia lebih banyak beristirahat. Seperti yang kalian lihat, burung ini punya mata yang besar dan menghadap ke depan, nggak seperti jenis burung lain yang matanya hadap ke samping. Mungkin ada juga yang belum tahu kalau leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya bisa berputar 180 derajat ke belakang (jadi ngilu ngebayangin kalo leher kita yang muter 180 derajat ke belakang).
RUTE MENUJU TEBING BREKSI DARI JOGJA
Burung hantu kalo siang gini jatahnya tidur. Elus-elus biar boboknya nyenyak
|
Rute menuju Tebing Breksi yang paling mudah ditempuh adalah dari Candi Prambanan. Jadi kalau datang dari Jogja, langsung menuju arah Candi Prambanan, kemudian di pertigaan pasar Prambanan ambil kanan arah ke Piyungan. Dari situ sekitar 3 km menuju Tebing breksi. Cari petunjuk arah ke Candi Ijo kemudian ambil kiri (pertigaan ini sebelum SDN Sambirejo). Dari pertigaan ini masih harus menempuh perjalanan sekitar 1 km. Jalan menuju Tebing Breksi ini cukup menanjak dan kondisinya kini udah mulus jadi makin nyaman.
Sedikit tips mengunjungi Tebing Breksi :
Sedikit tips mengunjungi Tebing Breksi :
- Usahakan jangan kemari pas weekend karena bakalan rame banget.
- Kalau datang di siang hari jangan lupa pakai topi atau pelindung kepala soalnya panasnya lumayan
- Pakai topi cantik boleh aja, tapi anginnya lumayan kenceng juga jadi awas topinya terbang ya.
- Jangan buang sampah sembarangan. Di setiap sudut pengelola sudah menyediakan banyak tempat samaph. Kebangetan kalo kalian masih nyampah guys!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar