Dari dulu aku pengen banget bisa nonton langsung acara Seba Baduy gara-gara pernah liat ada postingan foto di instagram dimana ratusan atau ribuan warga Baduy berjalan beriringan dan itu SUPER KEREN! Lautan manusia berpakaian serba hitam dan putih dengan penutup kepala kain batik biru khas Baduy (untuk warga Baduy Luar) dan penutup kepala warna putih (untuk warga Baduy Dalam).
|
Paling cantik sendiri kan? |
Alhamdulillah, pada acara Seba Baduy tahun 2018 ini aku diajak oleh mas X yang emang orang Cilegon, Banten buat nonton. Udah berbulan-bulan lalu sih, tapi lagi inget buat nulis sekarang.
Dari rumah kami di Pamulang, seperti biasa kami ke Cilegon naik motor. Lumayan lah ya hampir 4 jam perjalanan. Untung kami nginep di rumah mertua. Nggak kebayang kalau PP ke Jakarta ya.
Besok paginya, kami bersiap buat ke Alun-alun Serang. Dari Cilegon ke Serang nggak terlalu jauh. Naik motor cuman 30 menit kalau lancar. Perjalanan cukup lancar, meski langit sedikit mendung. Pas sampai di Alun-alun, kami memarkirkan kendaraan kami di dekat GOR. Sebagian warga Baduy Luar terutama yang muda-muda nampak sudah berkeliling alun-alun. Kata mas, memang jalannya nggak selalu barengan. Ada yang udah duluan terutama anak mudanya, ada juga yang ramai-ramai. Sembari menunggi, aku dan mas menikmati pameran foto dan juga mendatangi sejumlah
booth kerajinan yang ada. Ada yang jual kain tenun khas Baduy, aneka cinderamata khas Banten,
booth kuliner, panggung musik, juga wahana atraksi memanah, main egrang, juga
booth foto rumah adat khas Baduy yang dibuat semirip mungkin.
|
Duh baru liat gambar anak-anak Baduy aja udah gemes. Apalagi foto sama aslinya |
|
Kalau yang ini para pemain musik yang nanti akan tampil. |
Oke, lanjut bahas Seba Baduy.
Jadi
Seba Baduy adalah tradisi warga Baduy, baik dari suku Baduy Dalam maupun Baduy Luar untuk mendatangi Bapak Gede (kepala daerah) dengan cara berjalan kaki ratusan kilometer dari Kanekes, Lebak, Banten. JALAN KAKI GUYS! JALAN KAKI dengan jarak tempuh lebih dari 100 km. Dari tempat tinggal mereka di Luewidamar, Bumi Kanekes, mereka tak hanya berjalan kaki tapi sambil membawa hasil bumi. Mereka menyusuri persawahan, naik turun gunung (duh ajdi inget pas ke Baduy Dalam dulu jalan kaki sampai 5 jam), keluar masuk hutan dan kampung. Itu merupakan perjalanan spiritual suku adat Baduy sebagai penutup ritual Kawalu, yaitu ritual berpuasa selama tiga bulan.
Dalam ritual perjalanan ini, warga Baduy akan menemui 3 bupati dan Gubernur Banten. Pertama, mereka akan mendatangi Bupati Lebak. Setelah itu, ke Kabupaten Pandeglang dan langsung dilanjutkan ke ibukota provinsi di Serang. Malam puncak Seba dilakukan di gedung Pendopo Gubernur Banten.
1. Tanggal 20 April 2018 dari pagi sampai malam mereka di Kabupaten Lebak yang di awali penyambutan kedatangan masyarakat Baduy dan malam prosesi Seba Bupati Lebak.
2. Tanggal 21 April 2018 pagi warga Baduy tiba di Kabupaten Pandeglang dan berlangsung Seba Bupati Pandeglang.
3. Puncaknya pada 21 April 2018 di Kota Serang dan Provinsi Banten. Waktu itu sekitar jam 13.00 arak-arakan warga Baduy tiba dalam rombongan besar. Malamnya sekitar jam 19.30 – 22.00 prosesi Seba Gubernur Banten di Museum Negeri Provinsi Banten.
4. Lalu pada 22 April 2018 pagi di Kabupaten Serang berlangsung Seba Bupati Serang.
Menjelang jam 1 siang, aku sama mas X segera berjalan menuju jalan raya, tepatnya naik ke atas jembatan penyeberangan. Jembatan ini merupakan lokasi terbaik untuk memotret ratusan bahkan ribuan warga Baduy yang berjalan dari ujung jalan. Pas sampai atas, ternyata udah penuh banget. Bisa sih ngintip-ngintip dikit, tapi melihat kondisi jembatan yang udah cukup tua, aku malah ngeri sendiri. Akhirnya kami berdua memilih untuk turun dan memotret dari tepi jalan raya aja.
Tak berapa lama, iring-iringan pun tiba yang diawali oleh rombongan
marching band lengkap dengan atraksi bendera dan iringan alat musik lengkap. Terus beragam tarian daerah dan juga semacam "Dimas Diajeng Jogja". Terus ada juga iringan sejumlah komunitas budaya dan akhirnya yang kutunggu-tunggu tiba. IRINGAN WARGA BADUY DALAM DAN LUAR dan juga sejumlah pejabat daerah yang ikut jalan kaki. Yaampun merinding! Seseneng itu. Sebanyak itu. Semeriah itu. Bayangin mereka semua menempuh jarak ratusan kilometer sungguh bikin aku kagum sekaligus malu pada saat bersamaan. Aku mau beli sayur yang cuman deket aja naik motor. Huhuhu.
|
Kira-kira udah jalan berapa ribu kilo sya mereka? |
Warga Baduy Dalam keliatan mencolok dengan baju dan ikat kepala putih, jumlah mereka juga sedikit dan berada di barisan terdepan. Di belakangnya baru deh ratusan (kayaknya sih ribuan) warga Baduy Luar yang pakai baju hitam dengan ikat kepala biru. Setelah iring-iringan habis, aku dan mas X menyusul mereka ke alun-alun dan mengikuti rangkaian Agenda Gebyar Exciting Banten. Kami menyaksikan beragam pertunjukan seni budaya dari mulai tari-tarian, kuis berhadiah, sampai nonton bintang tamu Budi Doremi yang ternyata orang Banten. Oiya, sempet gerimis waktu itu, untung aja nggak hujan deres.
|
Sumber foto : @xspheriksx |
|
Sumber foto : @xspheriksx |
Malemnya, katanya bakalan ada wayang golek dan pemutaran film pariwisata dan hiburan. Tapi karena aku dan mas udah capek, sekitar jam 4 sore kami memilih untuk pulang. Sepanjang jalan, aku jadi inget kalau dulu sekitar tahun 2015 aku pernah datang dan menginap di Baduy Dalam. Jadi aku tahu betul bagaimana warga Baduy Dalam sangat menjaga alam dan juga budaya warisan leluhur.
Di Baduy Dalam, kami tidak boleh menggunakan peralatan elektronik apapun. Mandi juga nggak boleh pakai sabun dan odol. Kalau kaum laki-laki mandi di sungai, kaum perempuan mandi di bilik khusus dengan bak dari batang kayu yang dilubangi di bagian tengahnya untuk menampung air dari sumber yang kemudian dialirkan dengan batang bambu. Mau mandi juga kudu bawa obor, soalnya sampai di Baduy Dalam udah menjelang Magrib, jadi terpaksa mandi malem-malem. Ah, mengenang semua itu aku jadi pengen ke Baduy Dalam lagi sama mas X. Soalnya dulu pas kesana belom kenal sama dia. Semoga kesampaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar