Follow Me @rezadiasjetrani

Kamis, 28 Mei 2020

Lengangnya Masjid Agung Banten di Tengah Pandemi Corona

Sudah hampir 3 bulan sejak pemerintah menggalakkan stay at home dan work from home, bahkan hingga bulan Ramadan tahun ini. Masjid Agung Banten yang di akhir pekan biasanya padat oleh jamaah, kini nampak sepi. Bahkan pagar masjid pun dikunci sehingga jamaah tidak bebas keluar masuk.

Eh, ada yang nangis.

Pada liatin apa sih?

Hal ini memang sesuai anjuran pemerintah untuk mengurangi kerumunan warga. Jika biasanya warga banyak yang ngabuburit di lingkungan masjid ketika bulan Ramadan, kini nampak lengang. Masjid hanya dibuka untuk shalat tarawih itupun sesuai protokol kesehatan. 

Sore itu aku, mas, Saga, Epil, Lia dan Papa ke Masjid Agung Banten karena ingin beribadah, juga karena lama tak kesana. Namun apa daya memang tidak bebas masuk. Boleh masuk sih sebenarnya jika izin dulu dan dicek dulu oleh petugas, namun demi kenyamanan bersama kami memutuskan untuk shalat di rumah saja.

Alhasil aku harus puas memandangi Masjid Agung Banten yang kini sudah berubah jadi lebih megah, dari balik pagar saja. Terakhir kemari, kompleks masjid ini masih cukup "kumuh", jalanannya jelek dan bergelombang. Padat oleh jamaah dan peziarah yang membuang sampah sembarangan. 

Bahkan dulu aku sempat kebingungan mencari pintu masuk Masjid Agung Banten. Hal ini karena banyaknya lapak pedagang kaki lima menutupi jalan. Aku jadi tak leluasa melihat kemegahan masjid yang dibangun pertama kali pada 1556 oleh Sultan Maulana Hassanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Beliau adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati Cirebon.

Wajah Baru Masjid Agung Banten

Nampak menara setinggi 30 meter dari kejauhan. Namun sebelumnya, jamaah dan peziarah terlebih dulu melewati Istana Sorosowan yang kini hanya tinggal puing-puing. Bahkan, umumnya jamaah tidak memperhatikan keberadaan bekas istana, yang di abad ke-16, ke-17, dan ke-18 pernah menjadi pusat kegiatan Kerajaan Islam Banten. 
Bersih jadi keliatan makin luas 

Keunikan arsitektur masjid ini nampak dari atapnya yang bertumpuk lima, mirip pagoda. Jumlah tersebut merujuk pada lima waktu shalat yakni Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Aku juga belum kesampaian untuk naik ke menara dan juga shalat di dalam masjid hingga pengalaman ini saya tulis.

Kata mas kalau mau naik menaranya, kita harus melalui lorong sempit yang hanya muat untuk satu orang. Para peziarah harus bergantian ketika akan naik atau menuruni tangga menara. Di sinilah kesabaran masing-masing individu diuji. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga. Konon pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut hanya sekitar 1,5 km.

Kini bangunan masjid yang memadukan budaya Hindu-Jawa, Eropa, dan Tiongkok ini kian cantik dengan kehadiran payung-payung besar, mirip seperti yang ada di Masjid Nabawi, Madinah. Area sekitar masjid juga dikelilingi taman hijau dan bangku yang membuat suasana makin teduh.

Pada bagian lantai dipasangi marmer yang ketika kami kesana, sedang dibersihkan. Kanal di samping masjid dihiasi dengan taman, bangku dan di conblok. Di sekitar Keraton Surowosan juga dipasang lampu hias, pagar dan tulisan raksasa. Rumput dan tanaman terawat baik dan tumbuh subur namun rapi. Bikin siapapun jadi betah berlama-lama habiskan waktu di simbol kejayaan Islam ini.

Jalan di sepanjang kanal sangat nyaman.

Sepi, bersih, dan rapi. Siapa yang nggak betah kalau suasananya kayak gini?

Watu Gilang di depan Masjid Agung Banten

Lokasi Masjid Agung Banten

Bagi kalian yang ingin ke Masjid Agung Banten ini, jaraknya kurang lebih 10 kilometer dari Alun-alun Serang, tepatnya di Desa Banten, Kecamatan Kasemen. Alamat lengkapnya di Komplek masjid agung Banten RT/RW 001/011, Banten, Kec. Kasemen, Kota Serang, Banten 42191.

Cara Menuju Ke Masjid Agung Banten

Akses ke lokasi dapat dituju dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Dari terminal Terminal Pakupatan, Serang menggunakan bis jurusan Banten Lama atau mencarter mobil angkutan kota menuju lokasi selama lebih kurang setengah jam. Jika ingin mengendarai mobil pribadi atau bus pariwisata, lahan parkir yang luas siap menyambut jamaah dan peziarah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar