Follow Me @rezadiasjetrani

Selasa, 17 Januari 2017

Tahun Baruan di Pantai Butuh



Haloooo selamat tahun baru ! Ah basi Jet. Bulan Januari aja udah setengah jalan. Ya pokoknya mau cerita aja kalo di tahun baru 2016 ke 2017 kemaren, aku dan teman-teman ada : Mas Didin, Mbak Tari, Laju, Heri, Pram, Mbak Rico, Kang Agung, Yoga, dek Uni, Ullah dan juga Cuiy camping ceria di salah satu pantai tersembunyi di Gunung Kidul namanya Pantai Butuh.

Dari namanya aja udah tau kan kenapa kami kesini? Ya soalnya kami semua butuh.....butuh kasih sayang (hoek!). Berhubung aku ini anaknya rajin, hari Sabtu aku masih kerja sampai jam 13.00 siang. Pulang kantor, mandi, beres-beres, trus nungguin mas Didin jemput. Jam 16.00 sore akhirnya aku, mas Didin, Ullah dan Cuiy siap buat berangkat sedang Pram, dek Uni, Yoga sudah berangkat duluan. Sisanya berangkat sekitar jam 17.00 karena mereka harus ambil tenda dulu.

Dari kota Jogja dibutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk tiba di pantai ini.Beneran jauuuuuh pokoknya. Kalau ke kota lain mah udah sampe Solo. Tapi semua itu dilalui juga demi ke-khidmat-an acara pergantian tahun karena kami nggak mau camp di pantai yang mainstream karena pasti bakalan rame banget. Bermodal GPS, kami pun memulai perjalanan panjang ini. 

Jarak kota Yogyakarta ke pantai Butuh 60 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi kurang lebih 1 jam 30 menit. Tapi kemaren karena pelan-pelan dan banyak berhenti, perjalanan kami hampir 2 jam sih. Untuk menuju Pantai Butuh ini ada dua rute, tapi menurutku lebih enak lewat Siluk karena relatif lebih sepi dari kendaraan besar (bis, mobil) yang pasti kita temui jika melewati Jalan Wonosari. 

Rute Pertama :
Yogyakarta > Imogiri Bantul > Siluk > Panggang > Giriwungu > ambil arah kiri menuju daerah Saptosari > Ngloro (ambil yang lurus, kemudian ada pertigaan ambil kanan > Pertigaan Ngejaman > SMPN 2 > liat plang menuju ke  Pantai Ngeden > sebelum sampai pantai Ngeden ada pertigaan kecil belok ke kanan > ikutin jalan naik-turun yang lumayan jauh >Pantai Butuh.
Menurutku sih rute ini adalah rute yang tercepat malahan. Harus diingat, meski sudah diaspal mulus, karena jalanannya naik turun dan tidak ada penerangan ketika malam hari, pastikan motor kalian dalam kondisi prima baik itu ban, bensin, maupun lampu depan dan belakang. 
Lewatin beringin
Ambil jalan ke kanan
Di daerah Panggang kita akan melihat mobil yang "nangkring" diatas sepeeti ini. Ini namanya Omah Kupu.
Rute Kedua
Yogyakarta > Jln.Wonosari > Piyungan > Patuk (bukit bintang) > GCD Radio > Sambipitu > Gading ( lapangan terbang) ada pertigaan ambil arah ke kanan > Tumpak > Pasar Playen > Playen > Paliyan > Jln.Panggang Wonosari > Jetis > Balai desa Krambil Sawit > ambil arah ke pantai Ngeden (sebelum sampai di pantai Ngeden ambil arah ke kanan) > ikutin jalan > Pantai Butuh.

Setelah sampai di retribusi, kita akan dihadapkan pada pilihan mau ke Pantai Ngeden atau Butuh. Kalau mau ke Pantai Ngeden belok ke kiri, pantai Butuh ke kanan. Retribusi per motor adalah Rp 5.000 sudah termasuk biaya masuk 2 orang. Perjalanan pun kami lanjutkan kembali. Petugas retribusi sudah mengingatkan bahwa jalanannya licin dan naik turun, dengan kondisi di kanan kiri jalan adalah tebing dan ladang penduduk. Dibutuhkan waktu sekitar 10 menit dari sejak retribusi hingga akhirnya kami sampai di pantai. 
Kondisi jalan menuju pantai sudah relatif nyaman untuk dilalui kendaraan bermotor

Parkir kendaraan yang relatif luas. 
Cukup syok waktu sampai di parkiran karena RAMEEE BANGET ! Jauh dari ekspektasiku bahwa pantai ini bakalan sepi. Huhu katanya pantainya sempit, kalau parkirannya serame ini apa kabar nanti disana ya?
Tak lama, terdengar suara yang nggak asing di telinga. Ternyata salah seorang temanku dari Kebumen yakni Pram sudah tiba lebih dulu disana, 2 jam sebelum aku tiba. Wiii kasian nunggu lama. Tapi nggak papa dia kan cowok. Kudu setrong. Akhirnya dia pun bergabung denganku dan kami berjalan menuju pantai.
Dari parkiran jalan kaki sebentar menuju pantai
Banyak yang jualan makanan, dijamin nggak bakal kelaperan. 
Sampai juga di pantai Butuh
Sampai di Pantai Butuh aku lihat sekilas pantai ini yang tidak terlalu luas, bibir pantainya relatif sempit dibanding pantai-pantai lain di Gunung Kidul. Yoga dan Uni sudah sampai duluan dan sudah mendirikan tenda. Diapit oleh pegunungan batu karst dan pepohonan yang masih rimbun, birunya air laut serta ombak yang menepi dan menghantam bebatuan yang banyak di tepian, sesungguhnya pantai ini bisa jadi tempat menyepi yang asik. Tapi kalau rame yaaaaa.....begitulah. 

Di Pantai Butuh kita juga bisa melakukan aktifitas yang menyenangkan walaupun pasir putihnya nggak terlalu luas. Kita bisa bermain bola di pasir pantai dan bisa bermain air yang tidak terlalu besar ombaknya. Untuk  fasilitas, pantai ini sudah cukup "komplit" meskipun masih baru.Sudah ada kamar mandi, parkiran beratap untuk sepeda motor, warung makan, juga mushola yang bersih.

Semakin malam, ternyata pantai ini semakin ramai. Berhubung ingin mendapat view yang oke di pagi hari, kami memilih lokasi membangun tenda yang agak ke bagian depan, terlebih bagian belakang juga sudah dipenuhi tenda-tenda orang lain. Semua itu tentunya sudah berdasarkan pengamatan sampai sejauh mana ombaknya akan datang ke tepian. Tenda sudah dipasang, matras digelar, kami pun bersiap-siap untuk makan hingga tiba-tiba......ZRAASHH......airnya ternyata sampai tenda. Waaaaa kami pun langsung berlari dan menggotong apa saja yang bisa digotong.

Oke...mundur 3 meter. Ditungguin sampe 15 menit aman. Kami pun melanjutkan makan sambil ngobrol. Nggak usah menunggu lama hingga air berikutnya tiba. Kali ini nggak sampai kena tenda tapi NYARIS ! Duuuh ini apa-apaan banget. Untuk kedua kalinya kami menggoting tenda. Kali ini bukan hanya tenda kami, tenda mas-mas sebelah semua juga mundur karena memang airnya lumayan jauh. Huft, camping aja ribet kek pindahan kos. Untung kali ini tenda kami sudah dalam posisi yang tepat sehingga tidak perlu pindah-pindah lagi. 

Apakah masalah sudah selesai? Ternyata belum! Cobaan masih datang menghampiri kami malam itu. Setelah rombongan mbak Rico dan mbak Tari tiba, mereka yang membawa 2 tenda berukuran besar mendirikan tendanya di belakang tenda kami.  Kegiatan kami pun berlanjut, makan, ngobrol, ketawa, hingga tiba momen potong kue karena mbak Tari ulang tahun sehari sebelumnya. Begitu kue dibuka dan akan dipotong, mendadak malam itu hujan turun dengan derasnya. 

Karena panik, kami semua berlarian ke tenda masing-masing. Sayangnya aku tidak membawa tenda sehingga aku asal berlari dan masuk ke tenda milik Ullah dan Cuiy. Mas Didin beruntung dia lari ke tenda mbak Tari dan teman-teman yang penuh makanan. Semenit...dua menit...lima menit...kurasakan ada yang aneh. P*ntatku basah. Setelah kulihat ke bawah ternyata tendanya banjir dan menggenang kemana-mana! Spontan aku berteriak dan menyadari kalau tenda 2 anak ini hanya single layer. Ya pantes basah! Mau lari ninggalin mereka ke tenda lainnya kok kayaknya nggak tega, alhasil malam itu kami bertiga sibuk bersihin tenda dari genangan air pakai piring plastik. Ya ampun dosa apa sih aku hari ini kok ada aja cobaannya. Akhirnya setelah tenda selesai dibersihkan dan kondisi tas serta isinya pada basah sebagian, hujan pun reda. Alhamdulillah. 

Malam itu pun berlanjut. Nampaknya hujan tidak akan turun lagi sehingga aku, Cuiy dan mbak Tari memutuskan untuk tidur di luar saja bermodalkan sleeping bag. Ullah tetap di dalam tendanya, nggak tau deh gimana dia bisa tidur dalam kondisi tenda basah seperti itu.  Jam 12 malam kurang, aku terbangun. Suara orang-orang begitu keras terdengar dan kembang api mulai dinyalakan. Waaaaaaah udah mau jam 12 malam. Kembang api pun dinyalakan bersahut-sahutan. Aku tak tahu kenapa, tetapi kembang api malam itu adalah salah satu rangkaian kembang api tercantik dan terbaik dalam hidupku. Bahagia dikelilingi orang-orang terbaik dan juga kusayangi. 

Kembang api selesai, aku pun tidur kembali.

Tenda-tenda di sisi timur memanfaatkan bangunan yang mangkrak.
Eh, siapa tuh
Wefie sebelum pulang
Pagi-pagi selesai packing, aku dan mas Didin berencana untuk pulang bersama Yoga dan Uni. Yoga buru-buru karena ia harus balik ke Jakarta jam 12 siang nanti. Pas mau pamitan, dari kejauhan nampak wajah-wajah yang tak asing. Ternyata Dian dan Holly nyusul kami kesini. Super sekali. Padahal kan jauh banget. Mereka bawain makanan sama jajanan juga. Makin cinta deh sama kak Holly. Selesai ngabisin sarapan yang mereka bawa, kami pun memutuskan untuk segera pulang karena hari sudah semakin siang. Terimakasih teman-teman atas campingnya yang menyenangkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar