Follow Me @rezadiasjetrani

Jumat, 16 November 2018

Wujudkan Perempuan Tangguh Indonesia Bersama Amartha

Banyak sekali masyarakat Indonesia yang ingin merintis usaha guna meningkatkan perekonomian keluarga tapi terkendala oleh keterbatasan bahkan ketiadaan modal. Maklum, perekomian bangsa ini nampaknya masih belum memihak rakyat kecil dimana kebutuhan semakin banyak, harga barang-barang meningkat, namun daya beli justru menurun, terutama bagi mereka yang bukan kalangan pegawai.

Buat mereka yang bankable, tentu gampang buat cari pinjaman ke bank. Tapi kenyataannya, lebih banyak masyarakat yang termasuk kelompok marginal yang tidak memenuhi syarat kalau harus melakukan pinjaman modal ke bank (unbankable).

Melihat adanya peluang pembiayaan di sektor mikro, Amartha pun hadir memberikan layanan pembiayaan pada kelompok marginal yang unbanked tersebut. Beruntung, pada hari Sabtu 9 November 2018 kemarin, aku berkesempatan mengenal Amartha lebih jauh dengan mengikuti Amartha Village Tour bersama Amartha, C2Live, dan teman-teman blogger lainnya di  Ciseeng, Bogor.

Mengenal Apa Itu Amartha

Dok. : Amartha
Amartha merupakan platform layanan finansial peer-to-peer (P2P) lending berbasis online yang menghubungkan investor/ pendana dengan pengusaha mikro pedesaan melalui pinjaman modal.  Biarpun online, tapi Amartha juga mencakup layanan offline. Amartha punya tim di lapangan yang bertugas mengkaji langsung kelayakan calon peminjamnya.

Awalnya, Amarta merupakan sebuah lembaga keuangan mikro berupa koperasi yang berdiri sejak tahun 2010. Amartha menerapkan imbal hasil sesuai tingkat risikonya sehingga imbal hasil yang diterima investor akan berbeda-beda, tergantung skor kredit dari peminjam yang dibiayai. Makin besar potensi risikonya, maka imbal hasil yang diterima juga akan lebih besar, demikian pula sebaliknya.

Sasaran utama dari layanan finansial Amartha ini adalah ibu-ibu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memilki usaha rumahan, tapi unbankable dalam hal permodalan. Nah, makanya Amartha ini terjun langsung ke lapangan, selain untuk survei langsung, juga bisa menilai kelayakan usaha dan melakukan pendampingan.

Kenapa Ibu-Ibu yang Dipilih Amartha?

"Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa wanita tidak hanya mempan, tapi juga merupakan kekuatan terbesar untuk memimpin progres ekonomi."

 - Sri Mulyani Indrawati

Tahukah kalian bahwa perempuan ternyata memegang peran penting dalam perekonomian bangsa ini. Kalau semua ibu bisa berhasil, maka angka kemiskinan bisa turun. Ibu memegang peranan penting dalam mengatur keuangan keluarga mulai mengatur belanja untuk makanan sehari-hari, mengatur pembiayaan sekolah anak-anaknya, juga pemenuhan kebutuhan rumah tangga lainnya. Kalau si ibu bisa punya penghasilan tambahan, maka ia membantu suami dalam meningkatkan perekonomian keluarga.

Terlebih, dalam pembiayaan ini, para ibu diwajibkan untuk membentuk kelompok dan berkumpul minimal  1 kali dalam seminggu  selama 50 minggu atau 50 kali. Kebayang dong lebih mudah mengumpulkan ibu-ibu untuk berdiskusi dibanding bapak-bapak setiap minggunya.

Hal ini seiring dengan misi mulia memberdayakan kaum perempuan di berbagai pelosok tanah air agar memiliki kesetaraan terhadap akses layanan keuangan, memperoleh pelatihan mengelola ekonomi rumah tangga dan memberikan modal dengan cicilan terjangkau. Makanya semua nasabah Amartha adalah ibu-ibu dan mendorong mereka supaya bisa jadi perempuan tangguh bagi keluarganya dan di lingkungannya. 

Sektor usaha yang bisa  didanai Amartha mulai dari perdagangan, rumah tangga, pertanian, peternakan dan jasa. Nantinya, mitra yang sudah mereka bantu, bisa mengajukan pinjaman dengan tujuan untuk usaha non produktif misalnya melakukan renovasi rumah. Pinjaman ini dikabulkan setelah mitra dinilai bagus pembayarannya oleh tim Amartha.

Dampak Sosial Amartha

Amartha  percaya bahwa suatu usaha yang baik, bukan hanya menguntungkan perusahaan tersebut, tapi juga punya dampak sosial ke masyarakat luas. Amartha menghubungkan pengusaha kecil (mikro) di pedesaan yang membutuhkan uang, baik itu untuk modal usaha maupun kebutuhan lainnya, dengan pendana perorangan yang tertarik mendapat keuntungan finansial. Dengan semangat membangun social impact melalui pemanfaatan teknologi yang tepat, Amartha terus mengembangkan diri guna memudahkan akses pemodalan bagi pelaku UMKM demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dari piramida yang paling bawah.

Amartha menjembatani mitra yang mengajukan pembiayaan untuk membuka warung sembako atau mengembangkan usaha produksi tahu skala rumahan. Jumlah pembiayaan yang mereka ajukan mungkin terlihat kecil bagi sebagian orang, tapi ternyata dengan pendekatan yang tepat, nilai tersebut bisa menjadi peluang ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan.

Wah, hebat!

Kunjungan Ke Ciseeng

Siap berangkat ke Ciseeng
Setelah mendengar penjelasan singkat terkait Amartha, aku dan teman-teman pun berangkat ke Ciseeng dari kantor Amartha di bilangan Jakarta Selatan dan kami tiba di rumah ibu Ratna sekitar pukul setengah 10 pagi. Hari itu kami berkenalan dengan 3 perempuan tangguh yang merupakan Ibu Mitra Amartha di Desa Parigi, Ciseeng, Bogor yaitu Ibu Ratna: Pengusaha Keset, Ibu Lilis: Pengusaha Golok dan Ibu Apsiah: Pengusaha Ikan Cupang.

Ibu Ratna, Pengusaha Keset

Sampai di rumah Ibu Ratna, nampak beliau sudah siap untuk berbagi kisah dengan kami, termasuk memperagakan cara membuat keset. Kami juga bisa ikutan praktek lho.
Belajar bikin keset di rumah Ibu Ratna. Ternyata gampang lho.
Bu Ratna cerita kalau beliau sudah bergabung dengan Amartha selama delapan tahun. 

Wah....lama juga ya.

Awalnya gara-gara anak Bu Ratna pengen masuk pesantren, tapi Bu Ratna kekurangan biaya. Kemudian Bu Ratna ini dapat info soal Amartha dan mulai membentuk majelis yang bernama majelis Cermei. Berkat bantuan dari Amartha, kini ia sudah bisa membiayai kuliah anaknya hingga lulus, bahkan bisa merenovasi rumahnya lho.

Ibu Ratna juga bercerita bahwa dengan bergabung dalam kemitraan Amartha, ia dapat terus mengembangkan bisnisnya ke tahap yang lebih baik dengan segala pendampingan yang diberikan.

Nah, sebelum memulai pinjaman, ibu-ibu ini akan diberikan pelatihan untuk menjalankan usaha. Biasanya, pelatihan akan memakan waktu selama lima hari. Dalam jangka waktu tersebut, para Ibu Mitra Amartha akan mendapatkan bimbingan pengelolaan usaha, literasi keuangan, dan hal-hal lain yang perlu dilakukan untuk menjalankan usaha.

Di awal keanggotaan, Bu Ratna mendapat pinjaman sebesar Rp 500 ribu. Tapi karena kini usahanya sudah makin berkembang, kini Bu Ratna sudah bisa melakukan pinjaman hingga Rp10 juta.  Dengan pinjaman tersebut, modal untuk melanjutkan usaha pun semakin lancar. Per hari, bu Ratna bisa memproduksi hingga sepuluh keset setiap harinya. Satu buah keset ukuran kecil dijualnya dengan harga Rp 3.500 hingga Rp 5 ribu. Murah banget nih daripada keset yang biasa aku beli. Hasilnya juga bagus kok. Beruntung aku dan teman-teman bisa membawa pulang keset sebagai kenang-kenangan.

Ibu Lilis, Pengusaha Golok 

Berikutnya, kami datang ke UMKM yang masih bagian dari Majelis Cermai. Usaha ini dikelola oleh Bu Lilis, seorang pengusaha golok. Ngomong-ngomong soal golok, Desa Parigi di Kecamatan Ciseeng ini memang terkenal sebagai sentra pengrajin golok, bahkan desa ini  lebih dikenal sebagai “Kampung Golok”. Widih, pasti maling takut nih beraksi disini, hehe.
Aku dan teman-teman blogger sedang bersama ibu Lilis.
Bu Lilis ini sudah tujuh tahun menjadi Ibu Mitra Amartha. 

Lah terus bu Lilis yang bikin golok?

Oh, tentu enggak. Sebenarnya, bisnis produksi golok ini adalah usaha suaminya. Namun, ia bertekad untuk membuat usaha keluarganya tersebut lebih maju. Karena itu, bu Lilis memutuskan untuk bergabung dengan Amartha. Usaha yang dulu dijalankan ala kadarnya, kini sudah jauh berkembang. Bu Lilis kini sudah bisa mempekerjakan 3 pandai besi untuk meningkatkan jumlah produksi golok. Selain golok, ia juga membuat pemberat timbangan, arit, dan pisau.
 
Bahan yang digunakan untuk membuat produk-produk tersebut biasanya berasal dari bekas per bajaj atau truk. Menurut Bu Lilis, bahan tersebut adalah pilihan yang paling memadai untuk dilebur untuk menjadi golok atau arit dengan kualitas yang cukup bagus.

Di tempat bu Lilis, kami diberi tahu lebih jauh tentang cara meminjam di Amartha dan ada ikrarnya juga lho! Nanti aku bahas lebih detil di bawah ya.
Ikrar Amartha yang dibaca setiap kali pertemuan.
Ibu Apsiah, Pengusaha Ikan Cupang

Usaha terakhir yang kami kunjungi adalah ternak ikan cupang yang dikelola Bu Apsiah. Berbeda dengan kedua Ibu Mitra Amartha sebelumnya, Bu Apsiah tidak tergabung dalam Majelis Cermai karena memang berlokasi di desa yang berbeda, ia bergabung di Majelis Jeruk sejak  tahun 2011. Dulunya, keluarga Bu Apsiah memiliki kesulitan ekonomi karena suaminya tersendat perkara ijazah untuk mencari kerja.
Ibu Apsiah diantara ratusan ikan cupang yang sedang ia budidayakan
Calon peternak cupang nih kayaknya.
Bu Apsiah pun berusaha merubah nasib dengan pergi ke Jatinegara untuk mencari nafkah. Setelah pulang, ia membawa modal berupa ikan cupang dengan rencana untuk membudidayakannya. Tapi beliau terkendala modal guna memasarkan dan membuat kolam peternakan ikan, hingga akhirnya Bu Apsiah lebih memilih untuk membeli cupang dari petani ikan, lalu dijual kembali dengan keuntungan yang tak seberapa.

Dengan tekad merubah nasib, akhirnya Bu Apsiah memutuskan untuk bergabung dengan Amartha supaya mendapatkan modal, hingga akhirnya kini ia bisa memiliki kolam dan membayar uang muka pembelian sepeda motor supaya suaminya bisa lebih mudah membawa ikan cupang hasil budidaya mereka ke Jakarta.

Berkat modal tambahan tersebut, Bu Apsiah dan keluarga kini sudah bisa mendapat 5 ribu telur ikan cupang dalam sekali panen. Varietas cupang yang dibudidayakan pun sudah lebih bervariasi dibanding masa awal ia merintis usaha ini. Bu Apsiah bahkan juga sempat membeli kios di Jakarta untuk melebarkan usaha penjualan ikan cupang yang ia budidayakan. 

Mantap banget sih Bu!

Kami melihat sendiri bagaimana para ibu ini terbantu dan meningkat perekonomiannya berkat dana pinjaman dari Amartha. Bu Ratna sempat bercerita bahwa dulu rumahnya belum sebagus sekarang, ia bisa merenovasi rumah berkat usahanya yang kian berkembang. Usaha suami bu Lilis juga makin berkembang, rumah bu Lilis juga nampak bagus dan mentereng di lingkungannya. Sedangkan bu Apsiah bahkan sudah memiliki lahan untuk membuat kolam ikan guna beternak ikan cupang.

Cara Kerja Amartha

Meski ingin mendorong usaha pedesaan tumbuh maju melalui penyaluran modal kerja yang terjangkau, sebagai sebuah perusahaan, Amartha nggak asal mememilih peminjam. Ada beberapa syarat sebelum peminjam mendapat pinjaman uang tanpa syarat. Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan oleh Amartha:

1. Survei wilayah dan demografi. Untuk memperluas jangkauan kemitraan, tim lapangan Amartha melakukan survei wilayah dan demografi dengan mendatangi lokasi yang akan dilayani. Pada proses ini, Amartha melakukan dialog dengan tokoh masyarakat setempat untuk memperoleh gambaran tentang potensi di wilayah tersebut. Hal ini dilakukan untuk memetakan potensi dan risiko sebelum membuka cabang atau kelompok pembiayaan baru.

2. Membentuk kelompok majelis. Para ibu diwajibkan membentuk satu majelis besar yang beranggotakan 15 hingga 20 orang. Para anggota kelompok sepakat melakukan tanggung renteng atau menanggung risiko secara bersama bila ada anggota kelompok yang gagal bayar. Metode ini dinilai lebih aman dan mampu menurunkan tingkat kredit bermasalah hingga 0%, karena setiap peminjam saling mengawasi kredibilitas satu sama lain.

Sistem ini ternyata ampuh untuk menjamin kedisiplinan Ibu-Ibu Mitra untuk tepat waktu membayar tagihan. Sebab, mereka akan merasa malu kepada ibu-ibu lainnya jika harus "ditalangi".  Jadi, investor bisa merasa aman dengan proses pengembalian dana yang diserahkan oleh para mitra.

3. Memberikan pelatihan kepada peminjam. Setelah terbentuk kelompok majelis baru, setiap anggotanya diwajibkan untuk mengikuti pelatihan yang diberikan oleh pihak Amartha. Pelatihan ini berkaitan dengan pengelolaan modal yang akan dipinjamkan dan kedisiplinan dalam pengembaliannya. Selama proses pembiayaan berjalan, tim lapangan Amartha melakukan pertemuan secara rutin untuk memantau, mendampingi, dan menerima pembayaran angsuran pinjaman selama jangka waktu yang disepakati bersama.

Jangkauan Keuntungan Untuk Pendana

Amartha menampilkan profil calon peminjam beserta skor kredit mereka di website Amartha sehingga pendana dapat memperhitungkan risiko sebelum membuat keputusan. Di dalam akad, pendana mengetahui siapa yang ia pinjami dan apa tujuan peminjaman tersebut. Informasi angsuran juga ditampilkan secara online di dashboard pendana. Imbal hasil yang tersedia bisa ditarik kapan saja

Keuntungan Untuk Peminjam

Selain pendana, tentunya peminjam juga punya keuntungan. Jangkauan Amartha hingga ke pelosok daerah yang belum tersentuh layanan perbankan konvensional, membuka peluang bagi para pelaku UMKM mendapatkan akses pembiayaan yang lebih mudah. Riwayat pembiayaan yang dibuat berdasarkan teknologi skor kredit, dapat dijadikan referensi dalam mendapatkan pembiayaan lebih besar dari bank atau lembaga keuangan lainnya di masa depan.

Untuk hak, peminjam akan menerima pembiayaan dan tabungan tanpa potongan, serta meneria program sosial berupa kesehatan, literasi keuangan, dan lainnya. Sedangkan kewajiban, mereka diharuskan mengikuti pertemuan kelompok selama mingguan selama 50 minggu, menabung, dan melakukan tanggung renteng, serta saling "samper" kalau ada anggota yang tidak hadir ke pertemuan majelis.

Wilayah Jangkauan Amartha untuk Menjadi Peminjam :
- Serang
- Tangerang
- Kabupaten Bogor
- Kabupaten Bandung
- Kabupaten Subang
- Purwakarta
- Lamongan
- Tegal
- Banyumas
- Klaten
- Yogyakarta
- Magelang
- Mojokerto
- Kediri
- Blitar
- Pemalang

Terus, gimana caranya membentuk majelis supaya bisa meminjam dana di Amartha? 

Agar masyarakat bisa mendapatkan layanan pinjam uang tanpa syarat ada Amartha Ada beberapa tahap dalam pembentukan majelis.

Cara Membentuk Majelis

1. Pertama, Field Officer (FO) Amartha akan melakukan sosialisasi ke RT, RW, hingga ke kumpulan masyarakat seperti arisan dan pengajian. Atau secara door to door menawarkan pembiayaan untuk usaha, pendidikan, dan membangun sanitasi.

Dalam memberikan pembiayaan, Amartha fokus kepada kaum ibu di pedesaan. Hal ini untuk menciptakan kesetaraan perekonomian agar perempuan tidak kalah bersaing di sektor informal, misalnya: perdagangan, pertanian, dan usaha lainnya.

2. Setelah itu para ibu yang tertarik diharuskan mengumpulkan minimal 15 orang atau lebih. Kepada kelompok yang terbentuk itu FO akan menjelakan tentang profil pembiayaan Amartha. Penjelasan tentang Amartha meliputi penggunaan pinjaman uang tanpa syarat boleh dipakai untuk apa saja dan syarat bergabung.

Untuk syarat bergabung selain kelompok minimal 15 orang, para ibu juga diwajibkan mendapat persetujuan dari suami, dan menyerahkan persyaratan lainnya seperti foto copy KTP,  dan kartu keluarga. Bila syarat administrasi telah dilengkapi selanjutnya FO akan melakukan survei kepada calon peminjam. Tujuannya untuk melihat kelayakan kredit yang akan diberikan.

3. Dalam uji kelayakan ada beberapa hal yang akan dilihat seperti kebutuhan modal untuk bisnis, tingkat ekonomi calon peminjam, pendapatan, dan pengeluaran. Nilai pembiayaan akan disesuaikan berdasarkan dua hal: kemampuan saving calon peminjam dan kebutuhan bisnisnya.

Berikutnya, calon peminjam harus mengikuti Latihan Wajib Kelompok (LWK) selama beberapa hari dengan durasi 30 menit hingga 1 jam. LWK dilakukan untuk menekankan kedisiplinan, memberikan pemahan hak dan kewajiban, serta memberikan informasi tentang Amartha.

Oh iya, Amartha ini sangat mengedepankan disiplin bagi para anggotanya. Jadi kalau ada keterlambatan atau ketidakhadiran, satu majelis gagal dibentuk, tidak jadi disahkan, dan pencairan dana pinjaman juga diundur.

Setelah mendengar penjelasan ini, aku menyadari betul bahwa apa yang dilakukan Amartha ternyata tak hanya "meminjamkan uang", tapi juga mengedukasi para peminjamnya. Terlebih yang disasar adalah ibu-ibu unbanked yang menjadi masyarakat marginal di negeri ini. Semoga ke depannya makin banyak pendana dan juga makin luas jangkauan area peminjamnya sehingga makin banyak ibu-ibu yang terbantu.

Fintech terpercaya, ya Amartha.

PT. Amartha Mikro Fintek
Alamat: Jln. Ampera Raya No.16, Jakarta Selatan, Indonesia 12560
Telp.: 021 2271 5353
Email : support@amartha.com
Facebook : amarthaid
Twitter.com : @amarthaid
Instagram : @amarthaid 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar